Awan Tsunami di Meulaboh, kabupaten Aceh Barat pada Senin 10 Agustus 2020 viral di media sosial. Warga Meulaboh mengabadikannya melalui foto dan video.
Fenomena awan yang seperti ini memang sangat langka, maka dari itu warga langsung mengabadikannya dengan foto dan video. Fenomena awan tidak berlangsung lama, hanya sekitar 30 menitan.
Banyak yang menyangkutpautkan hal ini sebagai pertanda akan terjadinya bahaya di Aceh. Namun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan pernyataan yang lebih logis.
Penjelasan BMKG Terkait Awan Tsunami di Meulaboh
Peneliti petir dan awan dari BMKG, Deni Septiadi mengungkapkan pendapatnya tentang hal yang terjadi di Aceh Barat itu. Ia menyebutkan bahwa itu adalah awan Arcus yang merupakan bagian dari awan Cumulonimbus.
“Awan Cumulonimbus ini .bisa menyebabkan berbagai fenomena lain yaitu angin puting beliung, petir,hujan yang ekstrim dan hujan es. Jika terjadi Cumulonimbus ini segeralah menjauh dari lokasi karena berbahaya,” kata Deni.
Mengapa Awan ini bisa terjadi?
Deni pun memberikan penjelasan mengenai fenomena awan ssunami yang terjadi di Aceh Barat ini. Musim peralihan dari panas ke hujan adalah salah satu faktor besar terjadinya awan Arcus.
Ia pun melanjutkan bahwa awan Arcus pada fenomena awan tsunami di Meulaboh sangat mudah berkembang di wilayah Indonesia. Waktu pembentukan awan ini biasanya setelah masa Insolasi yaitu sebelum pukul 1 siang.
Prakirawan BMKG, Irsal Yuliandri mengungkapkan awan Arcus itu terbentuk karena akibat ketidakpastian atmosfer di depan pertemuan massa udara yang dingin.
Proses ini yang mendorong massa dari udara menjadi hangat dan lembab hingga naik membentuk shelf cloud.
Jenis Awan Tsunami
Deni pun mengungkapkan mengenai awan Tsunami atau Arcus ini terdiri memiliki dua jenis, yakni shelf cloud dan roll cloud. Shelf Cloud itu bentuknya melekat pada awan Cumulonimbus sedangkan roll Cloud adalah yang terpisah dari awan badainya. Ia pun memberikan kesimpulan bahwa yang terjadi di Aceh adalah awan Arcus berjenis shelf cloud.
Pertanda Terjadinya Gempa dan Tsunami?
Masih belum lupa di ingatan kejadian 2014 dimana Tsunami dan gempa bumi yang meluluhlantakkan Aceh. Banyak orang yang menyebutkan bahwa terjadinya awan tsunami di Meulaboh adalah pertanda terjadinya gempa dan tsunami.
Agie Wulanda Putra seorang Kepala Sub Bidang Cuaca BMKG membantah berita yang beredar dan menjelaskan secara ilmiah.
Awan itu terbentuk dari awan-awan yang bersatu dalam satu tempat, murni kejadian alam bukan pertanda akan terjadinya gempa atau tsunami.
Senada dengan Deni Septiadi bahwa awan tsunami yang terjadi di Meulaboh, Kabupaten Aceh barat itu adalah Shelf Cloud.
Konferensi Pers Oleh BMKG
Melihat begitu viralnya awan tsunami ini pihak BMKG pun langsung memberikan keterangan pers pada tanggal 11 Agustus 2020 di kantornya.
Deputi Bidang Metereologi BMKG, Guswanto menegaskan kembali pernyataan Deni dan Agie bahwa fenomena awan tsunami di Meulaboh adalah awan Arcus. Ia menerangkan bahwa awan Arcus itu sering terjadi dan sangat lazim meskipun jarang sekali terjadi.
Ia juga mengungkapkan fenomena awan arcus itu terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan dari atmosfer. Ketidakstabilan ini terjadi ketika bertemunya massa udara yang lebih dingin dengan massa udara yang lebih hangat serta lembab.
Hal ini yang membentuk awan memiliki pola vertikal dan memanjang tambah Deputi BMKG tersebut. Ia juga menegaskan bahwa yang terjadi ini adalah murni fenomena alam dan bukan tanda akan datangnya tsunami dan gempa.
Bagi yang berada di atas awan Tsunami ini segeralah pergi menjauh jika bisa atau tetap berada di dalam rumah. Karena awan ini bisa menyebabkan hujan yang lebat, petir hingga hujan es.
Masyarakat yang berada di bawah awan tsunami di Meulaboh ini tidak perlu khawatir dan risau karena banyaknya berita pertanda buruk. BMKG telah meluruskan apa yang terjadi bahwa ini adalah murni fenomena alam biasa yang terjadi. (GaluhID/Putra)