“Di seluruh wilayah yang rawan tsunami, kita sudah siapkan semua. Perangkat informasi dan peringatan dini sudah kita pasang ke seluruh BPBD daerah rawan tsunami,” katanya.
Bahkan rencananya pada 6 Oktober nanti, BMKG akan menggelar acara bertajuk ‘Indian Ocean Wave Exercise 20 (IOWave20)’, yang isinya kurang lebih tentang simulasi gempa bumi.
Acara rutin ini sudah direncanakan sejak 2019 sebelum ada pandemi, sedianya bakal melibatkan banyak orang di lapangan. Namun, karena ada pandemi COVID-19, acara akan dilakukan sebagai geladi ruang.
“Kita akan uji komunikasi, karena sistem peringatan dini tsunami (InaTEWS/Indonesia Tsunami Early Warning System) perlu diuji. Kita uji diseminasinya, termasuk dengan media, kita sudah pasang perangkatnya,” katanya.
Acara tersebut rencananya akan melibatkan banyak negara yang berpotensi terkena dampak tsunami Samudera Hindia. Dalam hal ini, BMKG bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BPBD, hingga media-media di berbagai daerah.
Sebelumnya, ITB juga menyampaikan hasil risetnya. Tsunami setinggi 20 meter diperkirakan akan terjadi di sepanjang pantai selatan Jawa Barat hingga Jawa Timur. Riset ini juga memakai data dari BMKG dan GPS.
Pantai Selatan Jawa Barat
Peneliti ITB Sri Widiyantoro menjelaskan tsunami setinggi 20 meter kemungkinan akan terjadi di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur, tinggi maksimum rata-rata 4,5 meter di sepanjang pantai selatan Jawa jika terjadi bersamaan.
Berdasarkan permodelan skenario kebencanaan yang dibuat oleh para ilmuwan ITB, tsunami besar akan terjadi bila segmen-segmen megathrust di sepanjang Jawa pecah secara bersamaan.
Tetap waspada dan yang lebih baik adalah kesadaran masyarakat untuk segera merespons, meningkatkan kewaspadaan terhadap fenomena alam sekecil apapun dan melakukan evakuasi mandiri sebelum tsunami setinggi 20 meter datang. (GaluhID/Tari)
