“Mixing politics and football has been as natural as mixing sambal sauce, well, with pretty much anything,” John Duerden, Fox Sport Asia.
Jika di luar negeri, sepak bola yang bercampur dengan politik dianggap lelucon, maka di Indonesia suporter sepak bola tahu betul jika bercampurnya sepak bola dengan politik adalah hal lumrah, selumrah saos sambel. Hal ini dikemukakan oleh John Duerden kolumnis Fox Sport Asia, sekaligus pengamat sepak bola Asia Tenggara dalam essainya, ‘Indonesia Boss Should Choose: Football or Politic’.
Dalam essai tersebut, John Duerden mengomentari manuver seorang Edy Rahmayadi yang tidak mau melepas posisinya sebagai Ketua PSSI ketika mengikuti kontes Pilkada di Provinsi Sumatera Utara. Alih-alih berhenti dari jabatannya sebagai Ketua PSSI, Edy Rahmayadi memilih hanya mengambil cuti.
Walaupun prestasinya sebagai Ketua PSSI dianggap nihil oleh suporter Indonesia, tapi kepopuleran Edy Rahmayadi terdongkrak di Sumatera Utara sejak Edy dianggap sebagai pahlawan yang berhasil membuat PSMS Medan promosi ke Liga 1 setelah beberapa tahun terjerembab di Liga 2.
Kini John Duerden akan menjadi saksi sejarah bagaimana Edy Rahmayadi digjaya dalam beberapa hasil hitung cepat lembaga survei yang mencatat kemenangan Edy Rahmayadi dari lawannya Djarot Saiful Hidayat. Sebut saja, hasil hitung cepat Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang mencatat kemenangan Edi Rahmayadi dan pasangannya, Musha Rajekshah sebesar 57,12%. Sementara lawannya Djarot Saiful Hidayat yang berpasangan dengan Sihar Sitorus hanya memperoleh suara 42,88%.
Hal berbeda terjadi pada Nurdin Halid yang dikenal sebagai mantan Ketua PSSI yang mengikuti kontes Pilkada di Provinsi Sulawesi Selatan. Nihilnya prestasi Timnas Indonesia di era kepemimpinan Nurdin Halid ditambah track record Nurdin Halid sebagai mantan terpidana kasus korupsi membuatnya tak bisa meraih simpati masyarakat Sulsel, Nurdin Halid yang berpasangan dengan Abdul Aziz Qahhar Mudzakar harus mengucapkan selamat tinggal pada ambisinya sebagai Gubernur setelah beberapa hasil hitung cepat mencatat kekalahan Nurdin Halid dari lawan-lawannya di Pilkada Sulsel.
Dalam Pilkada Provinsi Sulsel yang diikuti 3 pasangan calon ini, Nurdin hanya memperoleh suara 26,61% sementara ketiga lawannya masing-masing: Agus Arifin Nu’man-Tanribali Lamo mendapat suara 10.28%, Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman 42,92%, dan Icusan Yasin Limpo-Andi Muzakkar memperoleh suara 20,28%.
Suporter Indonesia boleh berdebat tentang bagaimana sepak bola bisa jadi tunggangan untuk meraih kekuasaan? Tapi, kini saatnya John Duerden berkenalan dengan Manajer PSGC Ciamis, Herdiat Sunarya. Mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Ciamis yang berpasangan dengan politisi partai PAN, Yana D. Putera dalam Pilkada Ciamis ini unggul dalam hasil hitung cepat LSI Denny JA.
Hasil hitung cepat yang dilakukan LSI Denny JA tersebut mencatat kemenangan telak Herdiat Sunarya sebesar 61,97%. Pada Pilkada Ciamis ini Herdiat Sunarya berhasil mengalahkan lawannya Iing Syam Arifien, paslon petahana yang tercatat sudah berkuasa 10 tahun sejak dirinya mulai menjabat sebagai Wakil Bupati Ciamis. Bukan itu saja, dari 27 kecamatan yang ada di Ciamis, hanya di dua kecamatan Herdiat Sunarya menderita kekalahan.
Pernyataan salah satu peneliti LSI, Fadli Fahri Fauzan dalam rilis hasil hitung cepat di salah satu hotel Ciamis pada 27 Juni 2018 menyebutkan jika salah satu hal yang mendongkrak suara Herdiat Sunarya adalah kepopulerannya sebagai Manajer PSGC Ciamis, klub kebanggaan warga Tatar Galuh Ciamis.
PSGC Ciamis dipoles Herdiat Sunarya hingga pada tahun 2016, PSGC bisa berlaga pada Divisi Utama Indonesia Soccer Championship (ISC) B. Prestasi lainnya PSGC Ciamis berhasil menahan imbang Arema Cronus dengan skor 1-1 dalam pertandingan akhir Grup B Piala Presiden di Stadion Kanjuruhan Malang pada 9 September 2015.
Hal yang paling diingat publik sepak bola Indonesia juga adalah inisiatif Herdiat Sunarya untuk mempertemukan klub-klub sepak bola seluruh Indonesia pada 24-25 Februari 2016 di Islamic Center Ciamis, ketika kekisruhan sepak bola Indonesia antara Kemenpora dan PSSI membuat Liga Indonesia terhenti.
Hal itulah yang membuat PSGC Ciamis berhasil mengangkat nama Ciamis di kancah persepakbolaan nasional, bahkan saat ini Ciamis menjadi barometer sepak bola di Priangan Timur. Hal ini bisa dilihat dari seleksi pemain PSGC untuk persiapan Liga 3 dan Piala Indonesia yang diikuti sekitar 500 peserta pemain sepak bola dari berbagai daerah di Indonesia pada 23 Maret 2018 di Stadion Galuh Ciamis.
Kini, walaupun PSGC Ciamis terjerembab ke Liga 3, tetapi publik Ciamis masih mengingat dengan manis kehadiran Herdiat Sunarya yang telah memberi kenangan indah berupa kemenangan-kemenangan PSGC di masa lalu. Nyatanya, PSGC Ciamis yang turun kasta tidak berpengaruh pada hasil Pilkada Ciamis yang memenangkan Herdiat Sunarya.
Lalu setelah Herdiat Sunarya memenangkan Pilkada Ciamis, bagaimana nasib klub kebanggaan warga Tatar Galuh Ciamis ini? Galuh ID mewawancarai Herdiat Sunarya di Stadion Galuh Ciamis untuk menanyakan bagaimana strategi Herdiat untuk membuat PSGC Ciamis maju kembali?
Kepada Galuh ID, Herdiat Sunarya memulainya dengan permintaan maaf pada seluruh suporter sepak bola Ciamis karena dalam setahun ini konsentrasinya terbelah antara Pilkada dan PSGC. “Saya mohon maklum pada semua bobotoh, semua suporter, Insya Allah sekarang Pilkada sudah selesai, kita akan konsentrasi lagi, kita akan fokus lagi untuk menangani, memajukan PSGC untuk lebih maju lagi, untuk lebih baik lagi ke depannya,” tuturnya.
Ketika ditanya tentang strategi khusus untuk memajukan PSGC Ciamis, Herdiat mengatakan jika dirinya akan lebih serius dan lebih ikhlas untuk PSGC Ciamis. Herdiat juga mengomentari pernyataan panitia LSI tentang kepopuleran Herdiat Sunarya sebagai Manajer PSGC Ciamis yang ikut mendongkrak suaranya di Pilkada Ciamis, menurutnya hal itu sangat memungkinkan mengingat banyaknya warga Ciamis yang cinta dan suka sepak bola, dan karena dirinya berkecimpung dalam dunia sepakbola Ciamis, maka masyarakat pun lebih mengenal dirinya, hal ini yang membuat kepopuleran dan elektabilitasnya meningkat.
Pada kesempatan itu, Herdiat juga menegaskan jika dirinya akan tetap menjadi Manajer PSGC Ciamis walaupun nanti sudah ditetapkan sebagai Bupati Ciamis. Lebih lanjut, Herdiat juga menerangkan jika keikutsertaannya dalam Pilkada Ciamis juga salah satunya adalah untuk PSGC. “Berhasil di Pilkada, berhasil juga di sepak bola,” pungkasnya.
Usai wawancara, Galuh ID menyampaikan pesan dari seluruh suporter PSGC Ciamis, mengutip jargon Donald Trump ketika kampanye di Pemilihan Presiden Amerika Serikat, “Please Bapak…make PSGC Ciamis Great Again! Titip PSGC Pak, buatlah PSGC hebat kembali.”
(K. Putu Latief) Galuh ID