“Padahal sebelum pulang rawat inap, dokter menyarankan suami saya untuk HD satu minggu itu dua kali,” sambungnya.
Pipih mengaku khawatir jika suaminya tidak bisa mendapatkan pelayanan tersebut, bisa berdampak buruk kepada kesehatan suaminya.
Ia menuturkan, RSUD Banjar seharinya itu melakukan layanan Hemodialisa ke 26 pasien yang sudah memiliki jadwal rutin setiap harinya.
Bahkan yang mengantri untuk mendapatkan jadwal rutin saja sudah puluhan, sedangkan dokter menyarankan HD dua kali seminggu kepada suaminya.
“Jujur saya panik dengan keterbatasan layanan ini karena bisa berdampak buruk terhadap kesehatan suami saya,” ujar Pipih.
“Padahal untuk layanan ini bisa di cover BPJS, dan itu hak suami saya sebagai peserta BPJS kesehatan,” ucapnya menambahkan.
Pelayanan Tidak Optimal, Usulan Penambahan Kuota Hemodialisa di RSUD Kota Banjar
Ia pun berharap pihak RSUD Kota Banjar bisa memberikan solusi untuk menangani persoalan ini karena bisa mengancam nyawa pasien.
“Saya ingin pelayanan kesehatan ini yang maksimal. Apalagi untuk pelayanan yang memang bisa peserta BPJS dapatkan,” katanya.