Berita Ciamis, galuh.id – Tidak sedikit petani di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, yang mengeluhkan langkanya pupuk bersubsidi di pasaran Tatar Galuh ini.
Kelangkaan tersebut di petani Ciamis ini pun menjadi sorotan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ciamis.
Ketua DPRD Ciamis Nanang Permana mengungkapkan, pihaknya melalui Komisi B sudah menggelar rapat kerja bersama Dinas Pertanian setempat.
Saat ini pihaknya masih menelusuri penyebab langkanya pupuk bersubsidi di petani Ciamis. Ia mewaspadai kalau permasalahan pupuk ini malah menjadi urusan bisnis.
”Kalau sudah menjadi urusan bisnis, berarti bergeser pada urusan keuntungan dan dagang,” kata Nanang, di Kantor DPRD Ciamis, Kamis (17/12/2020).
Mengajak Untuk Tidak Bergantung Pada Pupuk Bersubsidi
Persoalannya juga, lanjut dia, bukan lagi persoalan petani. Petani hanya akibat. Karena itu, ia mengajak para petani di Ciamis untuk tidak bergantung pada pupuk kimia bersubsidi.
Nanang menganjurkan para petani lebih baik membuat pupuk sendiri sehingga tidak selalu bersandar pada kebijakan pupuk bersubsidi.
“Anjuran saya kepada petani, sudahlah. Jangan bersandar kepada kebijakan pupuk ini. Lebih baik kita bikin pupuk sendiri. Dan banyak bahannya,” ucap Nanang.
Nanang pun mengajak para petani untuk belajar membuat pupuk sendiri. Karena menurut dia, hal itu lebih menguntungkan.
Selain itu, Nanang mengungkapkan bahwa dirinya merupakan salah satu pembina kelompok tani dan organisasi Gema Anker.
Nanang sudah memperkirakan kalau pupuk bersubsidi bakal langka di petani. Maka, petani yang ia bina sudah mampu menjual pupuk buatan sendiri.
“Saya sebagai pembimbing kelompok tani. Petani saya sudah tidak menggunakan pupuk-pupuk yang dijual para kapitalis. Kami menjual pupuk sendiri,” jelasnya.
Kelompok tani yang ia bina, menanam padi sudah tanpa pupuk bersubsidi. Tanpa Ponska, tanpa pupuk kimia buatan. Karena bagaimanapun, kata dia, itu merusak.
Oleh karena itu, pihaknya menganjurkan para petani untuk mandiri dengan memproduksi sendiri.
“Selama rakyat bisa mandiri, ngapain kita minta-minta. Dan insya alloh, kelompok petani yang saya bina bukan kelompok peminta-minta. Bukan pula tukang yang merengek-rengek pada kebijakan pemerintah,” pungkasnya. (GaluhID/Rizal)