Berita Olahraga, galuh.id– Persib Bandung merupakan tim kebanggaan masyarakat Bandung, bahkan Jawa Barat, hal ini tak lepas dari sejarah Persib Bandung sendiri.
Kebesaran klub sepakbola ini terlihat dari antusiasme tinggi dari bobotoh (fans/suporter). Istilah Bobotoh muncul sebagai bentuk keterikatan kelompok yang mendukung Persib secara antusias berdasarkan nilai emosional (nilai rasa) dan kedaerahan.
Antusiasme Bobotoh ini terefleksikan dalam aktifitas mereka di stadion dan di luar stadion. Bila dihubungkan dengan fakta di lapangan, kecintaan Bobotoh terhadap tim yang berjuluk Maung Bandung ini lebih dianggap sebagai fanatisme.
Karena terlalu fanatisnya, apabila ternyata tim kesayangannya kalah, oknum Bobotoh (Bobotoh nu teu kuat iman-red) secara langsung menyerbu ke tengah lapangan bahkan membuat onar di pusat kota.
Konvoi kendaraan bermotor pun merupakan kegiatan ritual mereka yang tidak pernah tidak dilakukan sepulang pertandingan, walaupun hanya bersifat spontanitas saja.
Kemarahan para oknum Bobotoh juga terkadang dilampiaskan dengan ngebut di jalanan yang menganggu ketertiban para pengguna jalan lainnya.
Tapi ingat! Itu adalah perilaku oknum Bobotoh yang menyimpang. Karena masih ada gerakan-gerakan kegiatan sportif yang murni dan positif dari para Bobotoh.
Latar Belakang Lahirnya Persib Bandung
Rangkaian perjalanan klub dalam mengarungi samudera kompetisi sepakbola di Indonesia, tentunya menyimpan catatan sejarah Persib Bandung yang panjang hingga bisa menjadi kebanggaan warga Jawa Barat.
Pada kesempatan kali ini Redaksi Galuh ID Sport mencoba untuk mengulik tentang sejarah Persib Bandung yang diolah dari berbagai sumber.
Perjalanan klub kebanggaan warga Jawa Barat ini diawali tahun 1923. Saat itu berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB). BIVB dianggap sebagai alat perjuangan kaum nasionalis pada masa itu.
Kala itu Ketua Umum BIVB yang pertama adalah Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pahlawan nasional wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.
Sejarah berlanjut pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan bakal klub Persija Jakarta VIJ, bakal klub Persebaya SIVB, bakal klub PPSM Magelang MIVB, bakal klub PSM Madiun MVB, bakal klun Persis Solo VVB, dan bakal klub PSIM Yogyakarta PSM, turut membidani kelahiran federasi sepakbola Indonesia yakni PSSI.
Pertemuan pun diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh ketua umumnya Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan.
Tetapi dalam prosesnya, BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain bernama Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB).
Sejarah Persib Bandung: Lahir 14 Maret 1933
Sejarah Persib Bandung berlanjut pada tanggal 14 Maret 1933. Saat itu, kedua klub baru yang muncul itu sepakat melebur dan melahirkan perkumpulan baru yang bernama Persib, lalu memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai ketua umum.
Klub- klub anggota yang bergabung ke dalam Persib kala itu adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Setelah keluar sebagai juara kedua sebanyak tiga kali pada Kompetisi Perserikatan 1933 (Surabaya), 1934 (Bandung), dan 1936 (Solo), Persib mengawali juara pada Kompetisi 1939 di Solo.
Usai dilebur kemudian BIVB mengikuti kompetisi tahunan antar kota/perserikatan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan tersebut pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta (Persija Jakarta).
Namun, dalam sejarah Persib Bandung tercatat, kala itu klub ini kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934, dan kembali kalah dari VIJ Jakarta. Kemudian dua tahun kemudian Persib kembali masuk final dan kali ini harus bertekuk lutut dari Persis Solo.
Barulah pada tahun 1937, Persib berhasil menjadi juara kompetisi perserikatan tersebut untuk pertama kalinya bagi catatan klub setelah di final membalas kekalahan atas Persis.
Klub Baru Berusaha Saingi Persib
Seiring keberhasilan Persib, kala itu muncul dan berdiri perkumpulan sepak bola baru yang dimotori oleh orang-orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO).
Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah-olah Persib adalah perkumpulan “kelas dua”. VBBO sering mengejek Persib.
Pasalnya pertandingan-pertandingan yang sering digelar oleh Persib ketika itu dilakukan di pinggiran Kota Bandung, yakni Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun kala itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO.
Karena lokasi pertandingannya kerap dilangsungkan di dalam Kota Bandung dan tentu saja hal ini dianggap lebih bergengsi, karena menggunakan dua lapangan di pusat kota, yakni UNI dan SIDOLIG.
Meski begitu lambat laun, Persib memenangkan “perang dingin” dan menjadi perkumpulan sepak bola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya.
Dua klub yang sebelumnya berada di bawah naungan VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib.
Mendapat Lapangan untuk Bertanding
VBBO selanjutnya berganti nama menjadi PSBS, namun hal itu tak bertahan lama. VVBO malah memberikan lapangan yang bisa jadi tempat mereka bertanding kepada Persib Bandung.
Ada tiga lapangan yang akhirnya bisa digunakan Persib Bandung saat itu, yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi).
Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensinya, bahkan dalam perjalanan sejarah Persib Bandung, klub ini meluas sampai wilayah Jawa Barat. (GaluhID/Dhi)