Namun, masih saja ada siswa yang tidak mengindahkan imbauan tersebut. Termasuk korban yang juga sudah melaksanakan Prakerin.
Pihak sekolah akhirnya menginisiasi agar melaksanakan razia potong rambut.
“Ada kesalahpahaman. Saat razia, siswa itu keluar kelas tapi tidak izin. Guru (pelaku) menarik siswa, dia tidak terima. Keduanya malah sama-sama emosi,” terangnya.
“Lalu terjadilah tindakan fisik dari guru. Cuman sekali pemukulan. Tidak berkali-kali,” lanjutnya.
Menurut Enjang, wajar guru emosi lantaran siswa yang menjadi korban berkata kasar.
“Ada kata kasar juga dari siswanya. Mungkin, masa siswa tidak sopan kepada guru. Jadi keduanya emosi. Tapi kami akan objektif. Guru itu salah, ya akan kami tindak,” pungkasnya. (GaluhID/Rizal)
Editor : Evi