Cacar air adalah infeksi virus yang umum terjadi pada anak-anak. Penyakit ini disebabkan oleh virus varicella-zoster, yang juga dikenal sebagai virus cacar air. Cacar air sangat menular, terutama pada anak-anak yang belum pernah terinfeksi sebelumnya atau yang belum mendapatkan vaksinasi cacar air. Lantas apa penyebab cacar air pada anak?
Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Hulu Sungai Utara Kab (pafihulusungaiutarakab.org) mengungkap sejumlah fakta terkait cacar air yang biasa menyerang anak.
Inilah Penyebab Cacar Air pada Anak
Penyebaran virus varicella-zoster terjadi melalui percikan udara dari batuk atau bersin penderita, atau kontak langsung dengan cairan dari ruam cacar air. Anak-anak yang terpapar virus ini akan mengalami gejala setelah sekitar 10 hingga 21 hari. Oleh karena itu, jika ada anak di sekitar penderita cacar air, ada kemungkinan besar ia akan tertular.
Faktor Risiko
Anak-anak yang berusia antara 1 hingga 9 tahun lebih rentan terhadap cacar air, meskipun penyakit ini juga bisa menyerang orang dewasa. Anak yang belum pernah terinfeksi cacar air atau yang belum mendapatkan vaksinasi memiliki risiko lebih tinggi. Vaksinasi cacar air kini telah menjadi bagian dari imunisasi rutin di banyak negara dan sangat efektif untuk mencegah infeksi.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mengatasi Flek Hitam di Pipi, Ikuti Saran PAFI Hulu Sungai Tengah Ini!
Gejala Cacar Air pada Anak
Gejala awal cacar air pada anak meliputi demam, rasa lelah, dan sakit kepala. Setelah beberapa hari, ruam merah yang gatal akan muncul di wajah, dada, dan bagian tubuh lainnya. Ruam ini kemudian berkembang menjadi lepuhan berisi cairan yang dapat pecah dan mengering. Proses ini bisa berlangsung selama 7 hingga 10 hari.
Pencegahan dan Pengobatan
Vaksinasi adalah cara terbaik untuk mencegah cacar air pada anak. Jika anak sudah terinfeksi, pengobatan biasanya hanya untuk meredakan gejala, seperti penggunaan obat penurun demam dan krim untuk mengurangi rasa gatal. Dalam kasus yang lebih berat, dokter mungkin meresepkan obat antivirus.
Cacar air umumnya bukan penyakit yang berbahaya, tetapi tetap memerlukan perhatian medis untuk memastikan pemulihan yang baik dan mencegah komplikasi. (GaluhID)