Berita Ciamis, galuh.id – Beberapa tradisi unik biasanya digelar oleh umat Islam dalam menggaungkan dan menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Salah satunya tradisi Misalin di Ciamis.
Misalin adalah tradisi yang dilaksanakan jelang bulan Ramadan. Tradisi ini juga sekaligus untuk membersihkan diri sebelum menunaikan ibadah puasa.
Tradisi Misalin ini rutin digelar di Ciamis dan sudah berlangsung turun temurun dilaksanakan menjelang datangnya bulan Ramadan.
Namun di tahun ini, pelaksanaan tradisi Misalin di Ciamis berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Ditengah Pandemik Corona
Misalin di tahun 2020, digelar terbatas dan sederhana. Sesuai anjuran pemerintah untuk meniadakan keramaian di tengah pandemik Corona.
Ritual Misalin digelar Warga Bojongsalawe, Kecamatan Cimaragas, Kabupaten Ciamis, secara terbatas dan sederhana.
Misalin digelar di Situs Cagar Budaya Sang Hyang Maharaja Cipta Permana Prabudigaluh Salawe atau Lembur Salawe.
Peserta yang hadir pada tradisi Misalin pun tak banyak. Hanya diikuti oleh beberapa warga dan kuncen.
Sebelum kegiatan dilaksanakan, peserta terlebih dahulu menempuh protokol pencegahan Covid-19. Mulai dari pakai masker, cuci tangan, hingga pengecekan suhu tubuh peserta.
Ritual Misalin dilakukan dengan membersihkan makam Sang Hyang Maharaja Cipta Permana Prabudi Galuh Salawe. Ia adalah Raja Galuh Pangauban Gara Tengah.
Sang Hyang Maharaja Cipta Permana Prabudi Galuh Salawe juga merupakan sosok yang berjasa dalam penyebaran Islam di Cimaragas.
Peserta Misalin melakukan berdoa bersama di lokasi situs. Berikutnya mereka saling bersalaman, sebagai simbol saling memaafkan.
Sementara untuk kegiatan lainnya, yakni Kuramasan di pinggir sungai Citanduy serta atraksi budaya dan kesenian, terpaksa dibatalkan.
Beberapa kegiatan dari tradisi tersebut terpaksa dibatalkan. Sesuai dengan imbauan pemerintah untuk tak menggelar keramaian.
Kuramasan sendiri merupakan serangkaian tradisi mandi besar atau yang biasa dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan mandi taubat.
Sekretaris Dinas Pariwisata Ciamis, Budi Kurnia, mengatakan, tradisi Misalin yang digelar warga Cimaragas jelang Ramadan masih dilakukan guna menjaga agar tidak punah.
Namun pelaksanaan Tradisi Misalin ini dilakukan secara terbatas dan tanpa keramaian.
Budi menuturkan, biasanya tradisi Misalin ini menarik wisatawan. Karena di dalam Misalin digelar juga berbagai even kesenian dan kebudayaan.
“Biasanya tradisi ini banyak menarik wisatawan. Tapi kali ini tidak ada. Hanya tradisi inti saja secara terbatas,” kata Budi, Rabu (22/4/2020).
Budi menerangkan, Misalin dalam bahasa Sunda artinya kegiatan mengganti. Misalin bermakna menggantikan yang jelek dengan yang baik.
“Misalin juga dimaknai sebagai membersihan diri lahir dan batin sebelum memasuki bulan puasa,” jelas Budi Kurnia.
Budi menambahkan, tradisi harus tetap ada supaya tidak punah. Meski sederhana, tapi digelar secara sakral tanpa mengurangi maknanya. (GaluhID/Evi)