“Hoaks produk intelek, bikin fitnah itu pakai ilmu, kebohongan pakai ilmu, oleh karena itu penjaga moralnya juga harus berilmu,” ungkapnya.
Bahkan, Bedi juga mengingatkan mahasiswa bahwa harus memahami karakteristik corak dari prilaku media sosial, dari konten hingga jaringannya.
Kemudian, menurut Bedi, persoalan hoaks dapat menyebar karena masyarakat awam, produk intelektual tersebut dapat menjadi sebuah propaganda terhada masyarakat awam.
Bedi juga menyebutkan bahwa hoaks itu ada 3 kategori, yaitu oleh tim pemenangan, pihak yang mau melakukan adu domba.
Kemudian kategori ketiga yaitu penyebar hoaks yang melakukannya adalah pihak yang mencari keuntungan dari hasil menyebarkan hoaks tersebut.
“Untuk itu kita semua harus waspada dengan hoaks yang bertebaran dan pelakunya oleh 3 kategori atau 3 kepentingan,” pungkas Bedi.(GaluhId/Ardiansyah)