Senin, Februari 24, 2025

Kolaborasi Wayang Potehi dan Wayang Golek Meriahkan Imlek di Ciamis

Baca Juga

Ciamis, galuh.id – Dalam rangka perayaan Imlek 2576 Kongzili tahun 2025, Gereja Katolik Santo Yohanes Ciamis menghadirkan pertunjukan seni budaya yang unik dan bersejarah.

Pada Selasa, 11 Februari 2025, gereja ini menjadi saksi kolaborasi dua seni pertunjukan tradisional, yaitu Wayang Potehi dari Tionghoa dan Wayang Golek dari Jawa Barat.

Wayang Potehi adalah kesenian wayang khas Tionghoa yang berasal dari Tiongkok selatan.

Seni ini dibawa oleh para perantau etnis Tionghoa ke berbagai wilayah Nusantara dan telah berakulturasi dengan budaya lokal selama berabad-abad.

Di Indonesia, Wayang Potehi bukan hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga menjadi simbol sejarah percampuran budaya yang harmonis.

Sementara itu, Wayang Golek merupakan seni pertunjukan tradisional yang berkembang di tanah Sunda, khususnya di Jawa Barat.

Boneka kayu yang digunakan dalam pertunjukan ini dibuat dengan detail yang khas dan dimainkan oleh seorang dalang dengan iringan gamelan.

Wayang golek memiliki karakter-karakter ikonik seperti Cepot, Dawala, dan Gareng yang kerap menghadirkan humor khas dalam setiap pertunjukan.

Ketika kedua seni pertunjukan ini berpadu dalam satu panggung, hasilnya adalah suguhan yang menarik dan kaya makna.

Dalam kolaborasi ini, Cepot, salah satu tokoh utama dalam Wayang Golek, berperan sebagai pembawa acara dan berinteraksi dengan tokoh-tokoh dari Wayang Potehi, menciptakan dialog yang unik dan penuh hiburan.

Acara ini dihadiri oleh Sekretaris Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disbudpora) Kabupaten Ciamis, Ega Anggara Al Kautsar.

Dalam sambutannya, Ega menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya pertunjukan seni yang menggabungkan dua warisan budaya dari latar belakang yang berbeda.

Pagelaran wayang ini adalah wujud dari seni sebagai bahasa universal. Seni tidak hanya berbicara tentang individu, tetapi juga tentang keberagaman manusia.

“Menyatukan dua jenis wayang yang berbeda dalam satu pertunjukan adalah gambaran nyata dari harmoni budaya,” ujarnya.

Ega juga menyoroti tema yang diangkat dalam acara ini, yakni “Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama”.

Menurutnya, lokasi pertunjukan yang digelar di dalam gereja dan disaksikan oleh masyarakat dari berbagai latar belakang budaya, etnis, dan agama merupakan contoh nyata kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

Keberagaman seni dan budaya yang ada di Nusantara tergambar dalam acara ini.

“Gereja yang menjadi tempat ibadah juga bisa menjadi ruang kebersamaan untuk menyaksikan seni yang lintas budaya dan agama,” tambahnya.

Ega berharap, kegiatan semacam ini bisa menjadi agenda tahunan di Kampung Kerukunan dan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk lebih mengenal dan melestarikan seni tradisional.

Bagi Andika Pratama, dalang Wayang Potehi dari kelompok Xiao Peksan Jakarta Pusat, kolaborasi ini merupakan pengalaman pertama yang sangat berkesan.

Ini adalah momen bersejarah dalam kariernya sebagai Sai Hu (dalang Wayang Potehi).

Bisa berkolaborasi dengan Wayang Golek merupakan suatu kebanggaan tersendiri.

“Saya bersama tim dari kelompok Fu He An dari Gudo, Jombang, merasa terhormat bisa tampil di sini,” ungkapnya.

Dalam pertunjukan tersebut, Wayang Potehi membawakan kisah seorang pendekar yang ingin mengabdi kepada negaranya meskipun ia berasal dari perantauan.

Cerita ini mengandung pesan moral tentang patriotisme, perjuangan melawan ketidakadilan, serta pentingnya mempertahankan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan.

Pesan yang ingin Andika dan tim sampaikan adalah bahwa dalam setiap tantangan hidup, kita harus selalu berpegang pada kebaikan dan kebenaran.

“Selain itu, meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, kita semua adalah bagian dari bangsa Indonesia yang harus memiliki rasa kebangsaan yang kuat,” tegas Andika.

Sementara itu, Rian Anugrah, dalang dari Sanggar Genta Cakra Buana Giri Ciamis, juga mengungkapkan kebanggaannya bisa berkolaborasi dengan Wayang Potehi.

Bagi Rian, ini adalah pengalaman luar biasa karena sebelumnya ia hanya mengetahui Wayang Potehi dari tayangan virtual.

“Kini, saya bisa berinteraksi langsung dan tampil bersama dalam satu panggung. Ini menjadi momen yang sangat spektakuler bagi saya,” ujarnya.

Menurut Rian, dalam pertunjukan ini Wayang Golek hanya memainkan peran sebagai pembawa acara, sehingga karakter yang ditampilkan pun terbatas.

“Karena tugas kami lebih sebagai MC, maka kami hanya membawa beberapa tokoh ikonik seperti Cepot dan Si Buta untuk memberikan sentuhan humor dan membuka acara dengan interaksi ringan bersama Wayang Potehi,” jelasnya. (GaluhID/Resa)

- Advertisement -
spot_img
- Advertisement -
Berita Terbaru

PSGC Ciamis Bakal Hadapi Persiba Balikpapan di Laga Playoff Liga Nusantara

Ciamis, galuh.id - PSGC Ciamis akan menghadapi Persiba Balikpapan di laga playoff Liga Nusantara. Laga ini merupakan laga penentuan...

Artikel Terkait