Berita Ciamis, galuh.id – Suasana rumah yang tak pernah sepi oleh tangisan Bayi yang baru berusia 11 bulan tak lantas membuat ibu dari tiga orang anak itu merasa risih.
Sambil mengajak bermain bayinya, dengan penuh semangat dan senyum yang mengembang di wajahnya ia bercerita tentang suka duka mengajar anak-anaknya di rumah.
Perempuan berusia kepala 3 ini menjalani rutinitasnya sebagai Ibu Rumah Tangga atau IRT di Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis. Tak hanya itu, ia pun harus mengajar anak-anaknya di rumah layaknya seorang guru di sekolah.
Bagaimana tidak, di tengah-tengah situasi pandemi seperti ini, ia dituntut untuk mengajar kedua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah PAUD dan SD.
Titin Agustini merupakan ibu dari Naila Farhah Fauziah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Sementara anak keduanya, Dhafitha Nizza Nurazizah duduk di bangku Pendidikan Anak Usia Dini.
Orang Tua di Ciamis Fokus Membimbing Anak
Hampir 3 bulan lamanya, ia menyediakan waktu khusus untuk bisa fokus menemani dan membimbing kedua anaknya belajar di rumah.
Bukanlah sesuatu yang mudah bagi seorang ibu rumah tangga untuk bisa menyeimbangkan antara waktu bermain, berkumpul dan belajar dengan anak-anaknya.
Ditambah lagi pekerjaan rumah yang kadang hampir tidak pernah selesai karena setiap saat disuguhkan dengan barang-barang yang berserakan di mana-mana, sebab ulah si kecil Haikal yang sedang aktif tumbuh kembangnya.
“Berhubung saya sebagai IRT yang memiliki 3 anak; yang masih bayi 11 bulan, PAUD dan SD kelas 3, kesulitan yang dialami yaitu fokus mendampingi mereka dalam belajar. Walaupun pembelajaran lewat TVRI telah diatur jadwalnya. Kadang saya tidak fokus mendampingi mereka dalam belajar karena saya sambil mendampingi dede bayi yang sedang aktif tumbuh kembangnya,” ungkapnya, Kamis (11/6/2020).
Kadang Titin terpaksa menunda jadwal belajar, hal ini ia lakukan demi menjaga efektivitas dalam mendampingi anak-anaknya belajar. Seperti jadwal belajar yang telah ditentukan oleh TVRI. Ia tunda terlebih dahulu sambil menunggu si kecil tertidur pulas dan nyenyak atau asik bermain.
“Si kecil tidak bisa diajak kompromi, alhasil belajar ditunda menunggu si kecil bobo atau asyik bermain,” pungkasnya.
Selain belajar melalui media televisi TVRI yang telah difasilitasi oleh pemerintah. Kuota internet serta sinyal yang memadai pun menjadi salah satu kesulitan yang dialami oleh Titin.
Tak hanya itu, kesulitan lainnya kadang dialami Titin ketika sedang mengajarkan anaknya untuk belajar membaca dan menulis. Apalagi Dhafitha masih berada di PAUD dan sebentar lagi akan masuk ke kelas 1 Sekolah Dasar.
“Dikarenakan anak yang PAUD tahun ini akan masuk SD jadi yang dirasa paling sulit dalam hal mengajar membaca dan menulis,” kata ortu di Ciamis.
Walaupun pada dasarnya PAUD itu tidak dituntut untuk membaca dan menulis tapi melihat pendidikan kelas 1 SD itu tak seperti zaman dahulu.
“Maka dari itu, persiapan masuk SD, anak PAUD saya mulai diprivatkan untuk membaca dan menulis,” tandasnya.
Kebutuhan Kuota Sama dengan Kebutuhan Akan Beras
Ternyata tak hanya Titin, hal serupa juga terjadi pada Ebah Suhaebah wanita yang berusia 37 tahun yang sama-sama sedang menjalankan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga.
Seperti halnya Titin, Ebah juga mengajar anaknya di rumah yang masih duduk di bangku PAUD selama hampir 3 bulan.
Kejar-kejaran waktu menjadi rutinitas yang kini ia jalani dalam menjaga keefektifan belajar anaknya. Mengapa tidak, waktu yang dimiliki selaku orang tua dengan anaknya jelas tak sama.
“Kami sering keteteran mengatur waktu dengan anak, mamah santai, anaknya tidak ada di rumah, lagi asyik maen, kadang sebaliknya,” ungkapnya.
Tentunya ini sangat menguras energi bahkan emosi baginya. Untuk bisa mengajak anaknya belajar di rumah ia harus membujuk dan merayu anaknya dengan proses yang sangat luar biasa.
Apalagi anaknya juga pemalu, dia pun kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan gurunya untuk bernyanyi lalu dibuatkan sebuah video.
Internet Dimasa Pandemi
Lebih-lebih ia mengungkapkan kuota internet di masa pandemi ini sama dengan beras yang wajib ada. Kuota menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi agar proses belajar yang dilakukan di rumah dapat berjalan dengan lancar. Bahkan ia pun dituntut untuk terus stand by.
“Tugas dari wali kelas melalui WhatsApp, sehingga kami selaku orang tua dituntut harus selalu update, stand by demi pembelajaran anak di rumah. Sehingga kedudukan kuota di masa pandemi saat ini sama rata dengan beras, yaitu wajib adanya,” katanya.
Dibalik kesulitan yang mereka hadapi ternyata ada kesan menarik tersediri yang dirasakan secara langsung oleh masing-masing orang tua. Seperti halnya yang dirasakan oleh Titin, ia mengatakan dalam satu waktu ketika ia sedang mengajar kedua anaknya di rumah. Ia pernah diminta oleh kedua anaknya untuk menjadi guru favoritnya.
Berbeda dengan Ebah ortu di Ciamis, ia mengatakan adanya kegiatan belajar di rumah menjadikan Quality Time antara orang tua dan anak. Serta sadar penuh bahwa tugas paling besar orang tua adalah mendidik anak-anaknya. (GaluhID/Nurul)