“Saya mengimbau paramedis di Puskesmas dan rumah sakit tolong permudah. Kalau ada kesulitan beli obat harus lapor, untuk warga yang mengidap ODHA,” ujarnya.
“Kalau kurang, Dinas Kesehatan harus menyiapkan obat. Saya prihatin melihat angka HIV/AIDS tambah lama tambah naik,” sambungnya.
Ketua Harian HIV/AIDS, Nana Suryana yang juga sebagai Wakil Walikota Banjar, mengaku merasa gagal dalam penanganan ODHA.
Terbukti selama tiga tahun terakhir, anggaran yang Pemkot Banjar kucurkan untuk penanganan ODHA hanya Rp 25 juta per tahun.
“Dengan anggaran hanya Rp 25 juta per tahun mana cukup, saya merasa gagal dan ini cukup miris,” ujarnya.
Kemudian kendalanya lainnya, lanjut Nana, tidak adanya komunitas yang merangkul para penyandang ODHA.
“Imbasnya dengan keterbatasan anggaran, penyandang ODHA untuk berobat cukup kesulitan,” jelasnya.
Nana juga meminta agar permasalahan penyandang Orang Dengan HIV/AIDS jangan anggap sepele.
Anggarannya pun jangan Rp 25 juta lagi per tahun, karena hal itu akan berdampak pada penyandang ODHA sendiri.