Sabtu, Desember 20, 2025

Ojol Meninggal Akibat Represifitas Aparat, Farmaci: Ini Tragedi Kemanusiaan!

Baca Juga
- Advertisement -
- Advertisement -

Nasional, galuh.id – Aksi damai para pengemudi ojek online (ojol) berakhir duka. Seorang Ojol dilaporkan meninggal dunia setelah dugaan mengalami tindakan represif aparat kepolisian.

Peristiwa ini menambah daftar panjang kekerasan negara terhadap rakyat yang sedang memperjuangkan haknya.

Koordinator Farmaci, Soni Ramdani, mengecam keras kejadian tersebut. Menurutnya, kematian Ojol adalah bukti bahwa negara gagal melindungi warganya dan justru menjadi ancaman bagi mereka yang bersuara.

“Ini tragedi kemanusiaan. Ojol yang menuntut keadilan justru dibalas dengan kekerasan, bahkan nyawanya melayang. Aparat telah melanggar konstitusi dan mengkhianati amanah rakyat,” ujarnya, Jumat (29/8/2025).

- Advertisement -

Aksi yang sejatinya berlangsung damai itu menuntut perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan para pengemudi Ojol. Mulai dari tarif yang layak hingga perlindungan kerja.

Namun situasi berubah ricuh setelah aparat melakukan tindakan represif. Gas air mata, dorongan, dan pemukulan mewarnai jalannya aksi, hingga akhirnya menelan korban jiwa.

Farmaci menilai pola represif ini mencerminkan bahwa aparat masih menempatkan rakyat sebagai musuh, bukan warga negara yang harus mereka lindungi.

Ojol Meninggal dan Luka Demokrasi

Tragedi kematian Ojol menorehkan luka mendalam bagi keluarga, sesama pengemudi, dan rakyat pada umumnya. Lebih dari itu, kejadian ini memperlihatkan bahwa demokrasi di Indonesia semakin rapuh.

- Advertisement -

Hak rakyat untuk bersuara dijamin dalam konstitusi, namun kenyataan di lapangan justru berbanding terbalik.

“Demokrasi kita sedang terluka. Ketika rakyat bersuara, jawabannya bukan dialog, melainkan pentungan. Ini preseden buruk bagi masa depan bangsa,” tambah Soni.

Dalam sikap resminya, Farmaci menuntut pertanggungjawaban penuh dari Polri atas meninggalnya Ojol. Pengusutan tuntas dan adil terhadap oknum maupun atasan yang memberi perintah represif.

Selanjutnya, pemulihan hak-hak keluarga korban, baik secara moral, hukum, maupun materiil. Penghentian pendekatan represif terhadap aksi-aksi rakyat, ganti dengan dialog yang bermartabat.

Selain itu reformasi institusi Polri agar kembali ke fungsi pengayom rakyat, bukan alat kekerasan negara.

Kematian seorang Ojol di tengah aksi damai seharusnya menjadi alarm keras bagi pemerintah dan aparat. Negara tidak boleh terus menerus membiarkan rakyatnya menjadi korban kekerasan.

Farmaci menegaskan bahwa perjuangan untuk menuntut keadilan tidak akan berhenti.

“Dari setiap luka akan lahir kekuatan baru. Kematian Ojol ini adalah duka kita semua, sekaligus panggilan untuk terus melawan ketidakadilan,” pungkas Soni. (GaluhID/Tegar)

Editor: Evi

- Advertisement -
spot_img
- Advertisement -
Berita Terbaru

Konfercab 2025 HMI Ciamis, Bupati Ajak Kader Perkuat Kolaborasi

Ciamis, galuh.id — Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya, mengajak kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) untuk menjaga idealisme sekaligus memperkuat kolaborasi...

Artikel Terkait

Eksplorasi konten lain dari Galuh.ID

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca