“Media saat ini bisa menjadikan kita seperti apa saja, artinya sangat mempermudah siapapun menjadi apapun,” jelas Bilal.
Namun menurut Bilal, ia pun untuk mencapai sampai saat ini menjalani tahapan yang cukup panjang, mulai alat dokumentasi yang terbatas.
Bahkan, Bilal juga pernah terkucilkan karena ia mendapat anggapan melakukan hal yang kurang menarik, tapi tetap bertekad untuk konsisten.
“Alhamdulillah sekarang ada peningkatan, dan yang terpenting dalam percakapan saya selalu menggunakan bahasa sunda dalam setiap konten,” jelas Bilal.
Kemudian narsumber lainnya, Produser Film Jang Oman, Eggy Aditiar yang juga seorang pengajar Bahasa Sunda menyampaikan rasa tanggung jawabnya.
Terbukti, sebagai rasa tanggung jawab Eggy, karyanya melalui film Eggy lebih senang menggunakan Bahasa Sunda dalam seluruh percakapannya.
“Mungkin menjadi tanggung jawab saya selain sebagai orang Sunda juga sebagai pengajar mata pelajaran bahasa sunda di sekolah,” jelas Eggy.
Eggy juga menampaikan, terdapat banyak buku penulis Sunda terutama dari Tatar Galuh Ciamis yang memungkinkan karyanya menjadi karya digital.
“Banyak sekali buku penulis Sunda terutama dari Tatar Galuh Ciamis yang sangat memungkinkan untuk menjadi karya baru kedalam media digital,” pungkasnya. (GaluhID/Ardiansyah)