Vitiligo adalah kelainan kulit yang menyebabkan hilangnya pigmen melanin pada bagian tubuh tertentu, yang kemudian membentuk bercak putih. Meskipun penyebab pasti dari vitiligo belum sepenuhnya dipahami, sejumlah faktor genetik, autoimun, dan lingkungan diyakini dapat berperan dalam perkembangan penyakit ini.
Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Kab Bojonegoro (pafibojonegorokab.org) menyebut, vitiligo tidak bisa sembuh 100%. Namun dampaknya bisa diminimalisir, misalnya dengan penggunaan pelembab pada kulit dan sunscreen.
Oleh karena itu juga, sebaiknya Anda mengetahui apa sebenarnya penyebab vitiligo. Berikut ini penjelasannya:
Faktor Genetik
Salah satu penyebab utama vitiligo adalah faktor genetik. Studi menunjukkan bahwa orang dengan riwayat keluarga yang menderita vitiligo memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi ini.
Beberapa gen yang terkait dengan respons imun dan produksi melanin (seperti gen yang mengontrol aktivitas enzim tirosinase) dapat meningkatkan kerentanannya terhadap vitiligo.
Meskipun demikian, tidak semua individu dengan riwayat keluarga vitiligo akan mengalaminya, menunjukkan bahwa faktor lain turut berperan.
Kelainan Autoimun
Sebagian besar kasus vitiligo dikaitkan dengan gangguan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang dan merusak sel-sel melanosit, yang bertanggung jawab untuk menghasilkan pigmen melanin.
Baca Juga: Buah Penyebab Keputihan, Harus Tahu Nih Bun!
Dalam kondisi normal, sel-sel melanosit memberikan warna pada kulit, rambut, dan mata. Namun, pada penderita vitiligo, sistem imun menganggap sel-sel ini sebagai ancaman dan menghancurkannya. Akibatnya, bercak putih tanpa pigmen muncul di kulit.
Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan juga dapat memicu munculnya vitiligo pada individu yang rentan. Stres emosional yang tinggi, cedera fisik pada kulit (seperti luka bakar atau gigitan serangga), atau paparan bahan kimia tertentu dapat memperburuk kondisi ini.
Paparan sinar matahari yang berlebihan atau trauma pada kulit seringkali menjadi faktor pemicu yang memperburuk proses depigmentasi.
Faktor Lain
Selain genetik, kelainan autoimun, dan lingkungan, beberapa faktor tambahan seperti gangguan hormonal, infeksi, atau bahkan usia juga dapat berperan. Banyak penderita vitiligo mulai mengalami gejala pada usia muda atau pada masa pubertas, yang menunjukkan adanya hubungan dengan perubahan hormonal. Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya kemungkinan hubungan antara vitiligo dengan penyakit lain, seperti diabetes, tiroid, atau anemia pernisiosa.
Secara keseluruhan, vitiligo adalah kondisi multifaktorial yang dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara faktor genetik, imunologi, dan lingkungan. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami penyebab pasti dan mencari solusi terbaik untuk pengobatan kondisi ini. (GaluhID)