“Kami langsung keliling, takut mereka melakukan perang sarung di tempat lain. Tapi untungnya tidak ada,” ujarnya.
Pria yang juga menahkodai Forum Peduli Pendidikan (FPPP) Kota Banjar ini mengaku miris perang sarung oleh puluhan remaja terjadi lagi di wilayahnya.
Apalagi, mereka yang melakukan aksi tersebut masih berusia remaja dan pasti berstatus pelajar.
Sehingga kata Diky, hal ini harus menjadi perhatian semua pihak, khususnya orang tua untuk mengawasi anak-anaknya.
Diki menuturkan bahwa perang sarung itu memang sudah menjadi budaya saat ramadhan.
“Tapi bukan untuk tawuran, hanya sebatas bermain saja seusai melakukan aktivitas positif pada bulan ramadhan,” ujarnya.