Ndu Corner, galuh.id – Pertandingan PSGC Ciamis vs Persiraja Banda Aceh akan berlangsung sore ini di Stadion Galuh, Sabtu (13/7/2019) Kick off pukul 15.30 WIB.
Pertama kali mendengar Persiraja Banda Aceh saat seleksi pemain PSGC Ciamis pada Liga 3 tahun lalu. Seorang peserta seleksi dari Garut tercatat pernah bermain di klub asal Tanah Rencong ini.
Takdir akhirnya membuat saya bisa menonton tim asuhan Heri Susilo ini pada sore nanti, Sabtu (13/7/2019). Pada pertandingan PSGC sebelumnya saya selalu excited, bahkan dimulai dari bangun tidur di pagi hari saat PSGC akan bertanding.
Namun, tidak seperti pada pertandingan-pertandingan PSGC sebelumnya, kali ini saya tidak terlalu senang, saya bahkan bangun dengan perasaan sedikit depresi, kekalahan (lagi) terbayang di otak dan membuat hopeless.
Malam sebelumnya saya jajan Takoyaki di depan Stadion Galuh, dengan nada bercanda Mang Ntang, penjual Takoyaki sekaligus Balad Galuh Pedagang Stadion, mengajak saya taruhan dengan catatan dia pegang PSGC Kalah.
Saya tertawa, jenis tawa yang sering dipertontonkan orang yang sedang patah hati. Diam-diam saya mengakui kebenaran pernyataan Mang Ntang, tentu saja dengan meringis karena sedih.
Pagi-pagi saya sudah ‘googling’ PSGC Ciamis vs Persiraja Banda Aceh, sampailah saya ke situs judi bola. Saya perhatikan betul statistik pertandingan yang ada di sana. Persiraja tercatat hanya satu kali kalah saat melawan Persibat Batang dengan skor 1-0, saat itu Persiraja jadi tamu di Stadion M Sarengat, Batang, Jawa Tengah.
Sementara 3 pertandingan lainnya, Persiraja memetik kemenangan ketika bertanding tandang melawan PSPS Riau dan pertandingan kandang melawan Perserang Serang dan Cilegon United. Posisinya ada di peringkat kelima klasemen sementara Liga 2 Grup Barat.
Berbeda jauh dengan PSGC Ciamis yang menempati dasar klasemen sementara Liga 2 Grup Barat. Dari tiga pertandingan yang dilakoni, PSGC belum pernah memetik satu kemenangan pun. Saya bersama Balad Galuh lainnya dibikin patah hati dengan cara yang amat menyakitkan.
Dari dua pertandingan terakhir, PSGC bermain spektakular pada awal-awal babak pertama, tercatat gol Aldi Imron disebut tendangan roket saat bola dari kakinya bersarang di gawang Sriwijaya FC. Begitupun ketika lawan Babel United, kali ini Asep Saeful jadi bintang untuk kami para supporter PSGC. Sampai akhirnya wasit meniup peluit panjang di akhir babak kedua, dan PSGC harus kalah di dua pertandingan tersebut.
Pada pertandingan pertama melawan Persita Tangerang di kandang sendiri, kami dibuat sakit hati dengan ‘tendangan nyaris gol’ dari pemain bernomor punggung 10, Joko Sasongko. Sampai akhirnya kami dibikin menangis darah saat pemain Persita justru berhasil menyarangkan bola ke kiper ‘baik’ Ali Barkah. Pertandingan perdana di kandang sendiri, PSGC menelan kekalahan.
Kehadiran si nama besar Bio Paulin justru bagaikan ‘begadang’, maksudnya ‘begadang jangan begadang JIKA TIADA ARTINYA’ yaaak garing. Ya intinya kehadiran pemain naturalisasi asal Kamerun itu tidak memberikan kontribusi signifikan bagi tim. Nyaris hanya penghias di medsos sejumlah supporter saja. Menyakitkan, tapi inilah kenyataannya.
Kami ingin menang, begitupun saya yakin dengan pemain, pelatih juga manajemen, kemenangan kali ini akan sangat berharga, kata Pak Ayi Daud, asisten pelatih PSGC. Kami pesimis, Luh! Tapi Aku masih percaya kamu.
Kenapa masih percaya? Seorang teman selalu bilang, PSGC itu tim beruntung, salah satunya saya lihat ketika berjuang di babak-babak penentuan Liga 3. Pada away ‘meuntas laut’, saat jauh-jauh ke Lampung, kami dibuat geram dan nyaris putus asa. Tapi pada akhirnya kita bisa kembali ke Liga 2. Ayo pliss, Liga 2 jangan jadi persinggahan sementara. PSGC bukan kapal, dan Liga 2 bukan pelabuhan sementara.
Saya mungkin akan datang terlambat menonton PSGC Ciamis vs Persiraja Banda Aceh sore ini. Saya berharap ketika masuk Stadion, PSGC udah bikin gol. Aku masih percaya kamu, Luh! (galuh.id/Ndu)