Berita Ciamis, galuh.id – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ciamis dari Fraksi Demokrat Iyan Sofyan menggelar reses di Desa Sagalaherang, Kecamatan Panawangan, Kamis (26/11/2020).
Di sana, Iyan menampung 3 poin masukan serta keluhan dari masyarakat Desa Sagalaherang.
Diantaranya, keinginan masyarakat untuk mengairi sawahnya apabila sedang musim kemarau.
Iyan mengungkapkan, luas wilayah Desa Sagalaherang sekitar 800 hektare. 240 hektare diantaranya merupakan lahan sawah.
Namun sayangnya, ketika musim kemarau 30 persen lahan sawah itu tidak bisa terairi dan akhirnya kekeringan. Sehingga masyarakat menginginkan ada sumur bor.
“Kalau kemarau sulit air. Hampir 30 persen sawah kering. Jadi masyarakat meminta untuk dibuat sumur bor, atau embung atau tandon air,” ujar Iyan.
Dia mengungkapkan, meskipun di sana sudah ada Sistem Penyedia Air Minum (SPAM) namun tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan air sawah.
Sumur Bor Untuk Irigasi Sawah di Sagalaherang
Kalau bisa, lanjut Iyan, masyarakat meminta dibuatkan bendungan untuk kebutuhan irigasi dan sebagai pengendali kekeringan.
Tetapi masalahnya, apabila membangun bendungan harus ada tanah warga yang terdampak. Ganti rugi tanah warga itu tidak bisa dari dana desa atau dana aspirasi.
“Sampai saat ini pihak desa juga masih bingung. Harus seperti apa untuk mengatasi kekeringan sawah di sana,” ujar dia.
Selain itu, masyarakat Desa Sagalaherang juga ingin adanya pemekaran desa. Alasannya karena wilayah di desa itu terlalu luas.
“Masyarakat juga ingin ada pemekaran Desa Sagalaherang. Agar tidak terlalu jauh ke pusat desa. Tapi ini harus ada kajian lebih lanjut,” ujar Iyan.
Menurutnya, masyarakat Desa Sagalaherang juga ingin mengembangkan desa wisata. Keindahan alam di sana, kata Iyan, memang bagus dimanfaatkan untuk pariwisata.
Selain dari 3 masukan itu, masyarakat Sagalaherang juga mengeluhkan jaringan listrik milik PLN yang sering padam. Juga sedikitnya jumlah penerangan jalan yang ada di sana.
Penerangan jalan umum yang kurang memadai, imbuh Iyan, membuat kegiatan masyarakat Desa Sagalaherang di malam hari menjadi terhambat. (GaluhID/Rizal)