Berita Ciamis, galuh.id – Bupati Ciamis Herdiat Sunarya menyanggah tuduhan tentang adanya manipulasi data pasien Covid-19, yang dilakukan RS Ciamis.
Sebelumnya, Ketua Badan Anggaran DPR RI Said Abdullah mengadu kepada Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan tentang adanya rumah sakit ‘nakal’ di sejumlah daerah.
Rumah Sakit (RS) nakal yang dimaksud adalah yang mengubah data pasien dinyatakan positif Covid-19 demi mendapatkan anggaran Corona.
Baca Juga: Kasus Covid-19 di Ciamis Menurun, 6 Pasien Dinyatakan Sembuh
Kabupaten Ciamis, Pasuruan, Jambi menjadi daerah yang disebutkan oleh Said Abdullah, yang diduga melakukan manipulasi data pasien positif Covid-19.
“Tuduhan manipulasi data itu tidak benar. Jangan asal bunyi. Kami selalu update data perkembangan penanganan Covid-19 setiap hari. Sesuai data sebenarnya,” ujar Herdiat, dalam live streaming Kompas Tv, Jumat (17/7/2020) malam.
RS Ciamis Belum Punya Alat PCR
Rumah Sakit Ciamis hingga kini belum memiliki alat tes PCR untuk memeriksakan seseorang positif atau negatif Covid-19. Untuk melakukan tes PCR, Ciamis masih merujuk ke Labkesda Jabar.
Sehingga untuk penentuan terkonfirmasi positif atau negatifnya, bukan kewenangan pihak Rumah Sakit Ciamis. Melainkan tempat melakukan tes PCR, yaitu dari Labkesda.
Herdiat menuturkan, keterlambatan hasil pengecekan Swab yang membutuhkan waktu lama menjadi problem utama. Dari data terbaru, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Ciamis ada 18 orang.
Dari 18 orang tersebut, 16 orang diantaranya telah dinyatakan sembuh. 1 orang meninggal dunia. sementara 1 orang lainnya masih positif dan dalam proses isolasi mandiri.
Bantah Video Jenazah yang Dimanipulasi
Herdiat juga membantah terkait video yang beredar luas di masyarakat tentang video jenazah yang dianggap dimanipulasi datanya menjadi positif Covid-19.
“Tidak betul itu. Sesuai data Gugus Tugas, ada 9 warga Ciamis yang dirawat di luar kota atau RSUD lain. Ketika itu terkonfirmasi positif, kami memakamkannya dengan protokol kesehatan. Yang ada di video itu merupakan salah satunya,” jelasnya.
Ia menegaskan, video tersebut merupakan kejadian beberapa waktu lalu, saat warga Ciamis yang meninggal dunia terkonfirmasi positif Covid-19, dan itu bukan yang diubah datanya.
Dugaan dari Info yang Beredar di Grup WA
Said Abdullah mengatakan, statement terkait beberapa kota yang memanipulasi data positif Covid-19 itu disampaikan pada forum resmi di sebuah rapat kerja Badan Anggaran DPR RI.
Rapat tersebut dihadiri oleh Menteri Keuangan, Ketua Gugus Tugas Covid-19 Pusat, dan Menteri Kesehatan (Menkes).
“Kami sampaikan dengan clear ada dugaan dari informasi yang beredar di grup Whatsapp, disinyalir bahwa orang yang ternyata tidak artinya kondisi rapid test negatif, dinyatakan menjadi positif.
Hal itu kemudian disampaikan kepada Menkes. Termasuk diantaranya informasi yang beredar ada di Ciamis, Jambi, Surabaya dan Pasuruan.
Anggaran Sampai 1.024,9 Triliun
Siad Abdullah menuturkan, penanganan Covid-19 menggunakan anggaran yang besar. Namun serapannya rendah sehingga menjadi pertanyaan.
Dibalik serapan rendah, muncul anggapan sedemikian rupa. Sehingga pihaknya meminta klarifikasi dari Menkes. Namun Menkes tak memberi jawaban sampai raker berakhir.
Menurutnya, penanganan Corona bukan sekedar 87,55 triliun harus habis. Melainkan bagaimana agar pengelolaanya dijaga dengan baik. Karena pandemi ini menghabiskan anggaran sampai 1.024,9 triliun.
“Kami ingin respon pemerintah. Terkait isu atau anggapan yang beredar. Kalau tidak benar kita akan cek. Malah beberapa respon yang ada kebanyakan dari beberapa media,” katanya.
Sampaikan Permohonan Maaf
Said Abdullah pun menyampaikan permohonan maaf kepada Bupati Ciamis dan seluruh masyarakat Ciamis berkaitan dengan statement yang telah disampaikannya.
“Sebagai wakil rakyat kewajiban saya memberikan warning kepada pemerintah agar tidak terjadi pelanggaran. Agar dana 87,55 miliar yang rendah serapan dioptimalkan,” jelas Said.
Ia juga menyarankan setiap Rumah Sakit untuk memiliki alat tes PCR. Supaya penanganan Covid-19 bisa lebih cepat. (GaluhID/Evi)