Stadion Galuh Ciamis diperbesar pada 17 Agustus 1962 sehingga bisa menampung 25.000 penonton. Awal pembangunan, Stadion Galuh Ciamis belum semegah sekarang. Tempat duduk penonton masih berupa tanah dan tidak ada lighting puluhan ribu watt seperti sekarang, sehingga tidak memungkinkan untuk diadakan event olahraga pada malam hari.
Pada tahun 2010 Stadion Galuh Ciamis mulai direnovasi dan selesai pada tahun 2015 dengan menghabiskan dana sekitar 20 miliar rupiah. Dana yang besar tersebut terkompensasi pada lighting yang dipasang sesuai dengan standar FIFA, track atletik yang mengelilingi lapangan utama, tribun penonton mulai dipisah-pisah sesuai kelasnya, pembangunan tempat duduk, VIP dilengkapi ruang pers conference dan papan skor digital yang menghiasi pintu masuk Tribun Timur, perlu Anda ketahui, sebagai perbandingan Stadion Teladan Medan yang menjadi markas besar PSMS papan skor digital baru dipasang tahun ini. Bukan itu saja, mushola dan toilet tersedia di Stadion Galuh Ciamis.
Beberapa media online pernah menulis tentang Stadion Galuh Ciamis yang menjadi markas besar PSGC, media-media tersebut menyoroti kualitas rumput yang disamakan dengan rumput yang ada di stadion-stadion Eropa. Rumput jenis cowgrass di Stadion Galuh Ciamis ini juga adalah jenis rumput di Stadion Kanjuruhan Malang, sementara itu kebanyakan rumput stadion di Indonesia adalah rumput bermuda yang lebih tipis. Beberapa media melansir jika biaya pemeliharaan rumput stadion tersebut menghabiskan dana sekitar 160 juta rupiah pertahun.
Namun, lain dulu lain pula sekarang. Anda, yang gemar menonton sepak bola di stadion atau sering berolahraga di stadion pasti dapat melihat perbedaannya. Rumput yang tidak subur seperti biasanya, bahkan jika hujan turun permukaan tanah bisa terlihat jelas, sama halnya seperti lapangan yang ada di daerah-daerah, imbasnya dipasang pengumuman jika Stadion tidak boleh dipakai ketika hujan. Satu lagi yang paling memprihatinkan adalah lighting yang terpasang, lampunya ada yang copot sehingga mengganggu penerangan di dalam Stadion Galuh Ciamis.
Perbedaan ini dirasakan betul oleh Herdiat Sunarya, Manajer PSGC yang ditemui Galuh ID di Stadion Galuh Ciamis. Ketika salah satu Crew Galuh Id bercerita tentang Stadion Galuh Ciamis yang pernah jadi bahan cuitan di twitter, Stadion Galuh Ciamis yang penerangannya mengalahkan stadion-stadion home base klub-klub liga 1 Indonesia diusulkan warga net untuk jadi home base klub-klub tersebut. Hal ini tentu saja hanya sebuah sarkasme dari warga net, Herdiat pun merespon gurauan tersebut, “janganlah…malu kita sekarang, sejak Stadion tidak dikelola oleh pihak ketiga, seperti inilah sekarang keadaannya, zaman dulu saking terawatnya tidak ada yang berani membuang sampah seperti sekarang ini,” yang dimaksudkan zaman dulu oleh Herdiat adalah ketika pengelolaan stadion masih dilakukan oleh pihak ketiga.
Sebelumnya Galuh ID pernah memberitakan tentang kondisi rumput Stadion Galuh Ciamis yang ditumbuhi dengan jamur dan ilalang. Ketika Galuh ID mengkonfirmasi ke Dinas Pariwisata (Dispar) pihak Dispar mengakui jika kontrak dengan pihak ketiga yang mengelola Stadion sudah berakhir pada akhir tahun 2017 sehingga pengelolaan termasuk perawatannya sekarang ini menjadi tanggungan pihak Dispar sebelum ada kontrak dengan pihak ketiga lainnya.
(K.P Latief) GALUH ID