Selasa, Februari 25, 2025

Tradisi Ngikis di Ciamis, Warisan Sakral Menyambut Ramadan

Baca Juga

Ciamis, galuh.id – Menjelang bulan suci Ramadan, masyarakat Kabupaten Ciamis tetap setia melestarikan berbagai tradisi yang sarat makna.

Salah satu tradisi unik yang terus dijaga adalah Tradisi Ngikis, yang dilaksanakan di Situs Bojong Galuh, Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis.

Pada Senin, 24 Februari 2025, ratusan warga dari berbagai kalangan, termasuk pejabat daerah, budayawan, serta para sesepuh, turut ambil bagian dalam prosesi sakral ini.

Tradisi Ngikis bukan sekadar seremoni adat, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam kehidupan masyarakat setempat.

Secara harfiah, Ngikis berarti membersihkan atau mengikis sesuatu yang tidak diinginkan.

Dalam konteks budaya Ciamis, tradisi ini menjadi simbol pembersihan diri, baik secara fisik maupun spiritual, sebagai bentuk persiapan menyambut Ramadan.

Prosesi utama dalam Tradisi Ngikis adalah mengganti pagar bambu di Situs Pangcalikan, atau yang dikenal sebagai Singgasana Raja.

Situs ini dipercaya sebagai tempat duduk Raja Permanadikusumah, penguasa Kerajaan Galuh pada abad ke-8, sekaligus ayah dari Ciung Wanara, tokoh legendaris dalam sejarah tanah Pasundan.

Pergantian pagar bambu ini melambangkan penyucian diri, meninggalkan kebiasaan buruk, serta mempersiapkan hati dan pikiran untuk menjalani ibadah puasa dengan lebih khusyuk.

Tradisi ini juga mengandung filosofi memagari hati, perilaku, dan hawa nafsu, sehingga seseorang dapat lebih terkendali dalam bertindak dan bersikap.

Sejak pagi hari, masyarakat berkumpul di area pintu masuk Situs Karangkamulyan.

Prosesi diawali dengan berjalan kaki bersama menuju Situs Pangcalikan, sebagai simbol perjalanan spiritual menuju kesucian.

Setibanya di situs, peserta disambut dengan upacara adat dan pertunjukan tarian tradisional, yang menggambarkan nilai-nilai kebersamaan dan penghormatan terhadap leluhur.

Setelah itu, dilakukan prosesi utama penggantian pagar bambu, di mana para peserta secara bergotong-royong memasang pagar baru menggantikan yang lama.

Usai pemasangan pagar, acara dilanjutkan dengan botram, yaitu makan bersama di Pusat Budaya sebagai wujud rasa syukur dan kebersamaan.

Suasana semakin semarak dengan adanya pertunjukan kesenian daerah, yang menampilkan berbagai seni tradisional khas Ciamis.

Sekretaris Dinas Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disbudpora) Ciamis, Ega Anggara Al Kautsar, menegaskan, Tradisi Ngikis merupakan warisan budaya yang telah dijaga secara turun-temurun dan memiliki nilai penting dalam kehidupan masyarakat.

“Tradisi ini memiliki makna mendalam. Mengganti pagar bambu melambangkan pergantian perilaku buruk menjadi lebih baik, sebagai bentuk kesiapan diri memasuki Bulan Ramadan,” ujar Ega.

Pemerintah Kabupaten Ciamis pun mengapresiasi antusiasme masyarakat dalam menjaga keberlanjutan tradisi ini.

Setiap tahun, Tradisi Ngikis semakin semarak dengan kehadiran tidak hanya warga setempat, tetapi juga sesepuh kabuyutan, budayawan, pegiat budaya, serta tamu dari luar daerah dan mancanegara, seperti Australia, Filipina, dan Irak.

Dengan terus dilestarikannya Tradisi Ngikis, diharapkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dapat diwariskan kepada generasi mendatang.

Selain memperkuat identitas budaya masyarakat Ciamis, tradisi ini juga menjadi daya tarik wisata budaya yang memperkenalkan kekayaan sejarah dan kearifan lokal kepada dunia. (GaluhID/Tegar)

- Advertisement -
spot_img
- Advertisement -
Berita Terbaru

Marching Band SMPN 4 Pamarican Tampil Enerjik di Pembukaan O2SN Ciamis

Ciamis, galuh.id - Marching Band SMPN 4 Pamarican tampil memukau dalam pembukaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat SMP...

Artikel Terkait