Ahmad Hassan atau yang sering dipanggil dengan Tuan A Hassan merupakan salah satu tokoh Islam Indonesia yang tidak bisa dilupakan begitu saja.
Dia termasuk pelopor bagi gerakan pembaharuan Islam pada awal abad ke-20, yaitu Persatuan Islam (Persis).
Dikutip dari pelbagai sumber, Tuan Hassan dilahirkan di Singapura pada tahun 1887.
Ayahnya bernama Ahmad yang merupakan keturunan India, sedangkan ibunya bernama Muznah, seorang perempuan yang juga berdarah India tetapi lahir di Surabaya.
Masa kecil Tuan Hassan tidak digunakan untuk hal-hal yang tidak berguna. Tercatat sejak usia 12 ia sudah mencari nafkah sekaligus juga terus belajar agama kepada para gurunya.
Ketika masih di Singapura, Tuan A Hassan pernah menjadi guru, pedagang tekstil, juru tulis, anggota redaksi di majalah Utusan Melayu, dan yang lainnya.
Pada tahun 1921, Tuan Hassan pindah ke Surabaya, tujuannya adalah untuk mengurus toko tekstil milik pamannya, yaitu Abdul Latif.
Tuan Hassan tidak berlama-lama tinggal di Surabaya, ia kemudian pergi ke Bandung untuk belajar cara menenun di lembaga tekstil milik pemerintah.
Di Bandung, Tuan Hassan tinggal di rumah H. Muhammad Yunus, yaitu salah satu pendiri Persis. Maka dengan demikian, secara tidak sengaja Tuan Hassan merapatkan diri ke dalam kajian keislaman di Bandung.
Hingga akhirnya Tuan Hassan memutuskan untuk tetap tinggal di Bandung dan ikut bergabung dengan Persis.
Tuan A Hassan Menyuarakan Pembaharuan Islam di Indonesia
Tuan Hassan merupakan salah satu tokoh Islam yang cukup vokal dalam menyuarakan gerakan pembaharuan Islam di Indonesia.
Biasanya, ketokohan seseorang dapat dilihat dari keluasan hubungannya. Maka dengan siapa saja dia berhubungan dan berinteraksi, itu menunjukkan di mana posisinya berada.
Presiden RI pertama, yaitu Ir. Soekarno adalah salah satu tokoh yang cukup intens bertukar pikiran dengan Tuan A Hassan.
Soekarno yang merupakan tokoh politik di Indonesia, sering bertanya dan berdiskusi dengan Tuan Hassan seputar persoalan agama.
Bahkan ketika Soekarno diasingkan di Endeh, Flores, Soekarno sering membaca tulisan-tulisan dari Tuan Hassan, atau Persis.
Kepeloporan Tuan Hassan sendiri bisa dilihat dari beberapa ciri, yaitu, pertama, Tuan Hassan mampu mendobrak tradisi pengkajian Islam dari yang tadinya bisa dikatakan cukup ekslusif dan sakral, tetapi oleh Tuan Hassan kajian keislaman diubah menjadi kajian terbuka secara umum.
Langkah yang dilakukan oleh Tuan Hassan untuk mendobrak kebekuan ini adalah dengan melakukan pelbagai penerbitan kajian keislaman.
Seperti terbitnya majalah Pembela Islam, al-Fatwa, al-Lisan, at-aTaqwa, Lasjkar Islam, serta al-Hikmah. Sehingga dengan langkah ini, siapapun bisa menikmati kajian keislaman secara umum.
Kedua, melakukan tradisi penerjemahan. Tuan A Hassan merupakan pelopor penerjemahan yang pada waktu itu sangat tidak lazim dilakukan.
Tuan Hassan menerjemahkan Al-Qur’an yang diberi judul Tafsir al-Furqan, sedangkan hadits yang ia terjemahkan adalah kitab Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar al-Asqalani.
Di Persis sendiri, Tuan Hassan menjadi guru yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh handal seperti M. Natsir, Isa Anshari, dan yang lainnya.
Selain aktif dalam dunia public speaking, Tuan Hassan juga merupakan tokoh yang sangat produktif dalam menulis.
Tercatat puluhan buku sudah ditulus Tuan A Hassan, diantaranya buku Adakah Tuhan, Kesopanan Tinggi, Tashrif, Soal-Jawab, ABC Politik, dan buku-buku lainnya. (GaluhID/Iman)