Info Liga 1, galuh.id – Tengah viral di media sosial video yang memperlihatkan Gubernur Kalimantan Tengah, Sugianto Sabran, melempar botol minuman saat menyaksikan pertandingan Kalteng Putra menghadapi Persib Bandung, Jumat (1/11/2019) lalu.
Diduga, dia kecewa terhadap keputusan wasit yang memberikan kartu merah kepada pemain Kalteng Putra, Patrich Wanggai pada laga tersebut.
Ketum PSSI terpilih Mochamad Iriawan menyatakan, pelemparan botol yang dilakukan Gubernur Kalteng diserahkan kepada Komdis.
“Soal pelemparan nanti biar komdis saja. Tindakan seperti itu tidak boleh dilakukan siapapun,” ujar Iwan Bule, sapaan akrab Mochamad Iriawan.
Aksi lempar botol minuman yang dilakukan oleh Gubernur Kalteng, Sugianto Sabran itu kemudian memicu penonton di stadion melakukan hal yang sama.
Kapolres Palangka Raya, AKBP Timbul RK Siregar, yang berada di lapangan sempat menegurnya, namun Sugianto tak terima. Dia turun dari tribun VVIP menghampiri dan terlihat memarahi Timbul.
AKBP Timbul Siregar membenarkan adanya peristiwa itu. Dia menyebut peristiwa itu terjadi karena Sugianto tidak terima ditegur olehnya.
“Mungkin pas Gubernur emosional sama wasit tiba-tiba dia ngelempar botol ke lapangan. Begitu dia lempar botol ke lapangan, akhirnya para penonton ngelemparin botol. Ngelihat situasi itu, Gubernur masih melempar, saya tegur untuk tidak lakukan pelemparan,” ucapnya melansir dari Detik.
Saat ini Sugianto sudah memberikan penjelasan (klarifikasi) bahwa ia kesal melihat wasit tidak fair memimpin jalannya pertandingan.
“Saya kepinginnya melihat permainan yang cantik oleh kedua tim antara Kalteng Putra vs Persib. Saya kurang tahu menit ke berapa. Tapi sejak awal Wasit yang memimpin pertandingan tidak fair,” kata Sugianto, Sabtu (2/11/2019) lalu.
Selain itu, Sugianto juga memberi penjelasan soal video dirinya marah kepada AKBP Timbul Siregar. Dia mengaku sudah meminta maaf kepada Timbul. Soal jalannya pertandingan yang berkembang tidak adil , lanjutnya, membuat persepakbolaan semakin terpuruk.
“Saya ingin, permainan kedua tim cantik. Namun jika begini, sepakbola Indonesia bisa terpuruk. Mafia bolanya harus betul-betul diselesaikan,” ucapnya menyesalkan. (Galuh/Dhi)