Berita Banjar, galuh.id – Budayawan Banjar, Ki Demang Wangsayfudin mengungkapkan ada upaya pembelokan sejarah Galuh yang dianggap akan membahayakan bagi para generasi muda.
“Kedah diguar sejarah Galuh. Margi pernyataan Babe Saidi pibahayaeun kangge nonoman kiwari. Harus ada pengungkapan sejarah Galuh. Karena pernyataan Ridwan Saidi itu bahaya bagi para generasi sekarang,” kata dia, Rabu (12/02/2020).
Menurut Ki Demang, pemerintah melalui Dinas Kebudayaan harus peka terhadap pernyataan tersebut. Pemahaman kesejarahan Galuh harus disampaikan melalui pendidikan sejarah di sekolah. Sehingga perlu adanya revitalisasi pendidikan sejarah Galuh yang disampaikan oleh guru pada muridnya.
“Dinas terkait harus mengundang seluruh guru se-Kota Banjar. Karena apabila bukan dinas yang mengundang peserta tidak maksimal, karena sasaran utama sejarah Galuh ini adalah siswa,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan penggiat budaya Kota Banjar, Syarif Hidayat. Menurut dia, statement Babe Saidi harus berdasarkan fakta sosial, juga fakta akademik. Jangan sampai pernyataan itu menjadi gaduh bagi warga tatar Galuh.
“Ini harus berdasarkan fakta akademik, bagaimana sejarah kerajaan Galuh itu disampaikan. Karena, ini menyangkut dari psikologi warga yang memang sudah merasa memiliki Galuh hingga ini menjadi spirit dalam tatanan struktur sosial,” ucap dia.
Syarif menegaskan dirinya mengundang secara terbuka kepada Babe Saidi untuk bisa datang ke tatar Galuh dan menjelaskan pernyataan bahwa kerajaan Galuh itu tidak ada.
“Mari kita duduk bersama, para pakar sejarah Galuh untuk bisa bertabayun meluruskan fakta sejarah berdasarkan akademik. Dan kami warga tatar Galuh mengundang kepada Babe Saidi untuk bisa datang dan menjelaskan statement yang disampaikan bahwa kerajaan Galuh itu tidak ada,” terang Syarif penggiat budayawan banjar. (GaluhID/Arul)