Opini, galuh.id – Tanggal 10 Februari punya arti penting bagi suporter sepak bola di Ciamis. Tanggal itu adalah hari dimana Balad Galuh mendeklarasikan diri sebagai suporter PSGC Ciamis dan diakui oleh manajemen klub.
Sejarah mencatat embrio persuporteran Ciamis sudah ada pada tahun-tahun sebelumnya, terutama ketika PSGC berlaga di kompetisi divisi 2 Liga Indonesia.
Embrio itu terlahir menjelma menjadi sekumpulan komunitas yang bernama Balad Galuh.
10 Februari
Seiring waktu, koordinasi dan komunikasi terus dilakukan kepada tokoh masyarakat Ciamis. Hasilnya Balad Galuh harus dideklarasikan sehingga gaungnya terdengar oleh semua masyarakat Ciamis.
Koran harian Pikiran Rakyat mencatat Balad Galuh merupakan wadah untuk para pecinta sepak bola Ciamis dari berbagai usia maupun kelompok.
Warga Ciamis saat itu digambarkan sebagai penonton sepak bola yang datang langsung ke stadion, saat itu PSGC belum tampil di TV.
Warga datang baik hanya menonton sekedar hiburan sepakbola maupun yang hanya sekedar ikut-ikutan dibawa sanak keluarga atau orang terkasih. Namun ada juga yang menjadi pendukung dengan bernyanyi 90 menit di dalam stadion, yakni Balad Galuh.
Liku-liku Perjalanan PSGC Ciamis
Harus diakui sejarah kelam mencatat, pada periode 2004-2006, PSGC berada di kasta Divisi 3 dan sempat terhenti dari berbagai gelaran sepak bola nasional sehingga terancam ‘didegradasikan’ oleh Asprov Jabar.
Pada tahun 2007 muncul hasrat tokoh pecinta sepak bola Ciamis yang menyelamatkannya dengan manajemen baru, tahun 2008 PSGC Ciamis pun mengarungi divisi 3 dan terus merangkak ke divisi 2 sampai akhirnya bertengger di divisi 1.
Pada periode 2012-2015, gairah untuk datang langsung ke stadion begitu tinggi, PSGC Ciamis memang menunjukan aktivitas yang mempesona.
Tahun 2013, klub yang berganti nama pada 26 Agustus 1990 dari Persigal menjadi PSGC Ciamis, itu pernah begitu fenomenal merasakan peringkat juara 3 Divisi 1 Indonesia. Kemenangan itu sekaligus mengantarkannya lolos ke Divisi Utama tahun berikutnya.
Seperti halnya pahlawan yang menang perang kembali pulang dari medan pertempuran, penyambutan arak-arakan dilakukan warga yang memang haus prestasi sepak bola pada saat itu.
Tahun 2014, PSGC menjelma menjadi klub mandiri di bawah naungan PT Galuh Lingga Wastu dengan merangkul sponsor yang dibilang sangat cukup untuk mengarungi Divisi Utama.
Periode ini menjadi titik yang sangat membanggakan, PSGC Ciamis dengan tata kelola manajemen yang menuju professional. Tidak pernah ada kata terlambat gaji untuk para pemain dan official tim.
Bahkan PSGC mendatangkan para pemain yang mempunyai nama besar, didukung sarana stadion Galuh yang sangat fenomenal dengan kualitas rumput yang sangat baik.
Melahirkan Loyalitas Militansi Kegaluhan
Di sisi lain, Balad Galuh menjadi bagian serpihan sejarah PSGC Ciamis. Kini memasuki usia 9 tahun dalam mengarungi persuporteran, Balad Galuh memberikan nilai dan rasa tersendiri buat PSGC Ciamis.
Tidak ada yang pernah menyangka ketika kita sedang berada di kota lain ketika ditanya asal daerah dan menyebut Ciamis pasti identik dengan ‘Galuh ya’ PSGC ya’ ‘Balad Galuh’.
Hal ini bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sejarah besar kerajaan Galuh dan eksistesi PSGC Ciamis itu sendiri yang mulai sering terakses secara nasional.
Bahkan hal negatif sekalipun, seperti bentrokan suporter, pasti disebut sebagai ‘karya’ Balad Galuh, mesti sebenarnya pemicunya jauh dari Balad Galuh.
Bisa dikatakan Balad Galuh adalah objek dari kemunculan gerakan suporter PSGC Ciamis. Berbagai jenis gaya karakter dan cara mendukung dengan nama Galuh Galuh yang lainnya.
Tentu ini merupakan bentuk kebanggaan akan penamaan sesuatu dengan kata Galuh bagi warga Ciamis. Mempertahankan nama Galuh adalah salah satu bentuk perlawanan atas hak identitas keGaluhan.
Dalam sebuah adagiumnya yang sangat terkenal Soe Hok Gie mengatakan, “patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrasi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya.”
Hal ini dapat kita ambil di tatanan masyarakat Ciamis yang telah mencintai keGaluhan karena telah jauh mengenal objek (sejarah) Galuhnya.
Lalu bagaimana dengan PSGC Ciamis? Cita-cita CEO Klub H Herdiat Sunarya adalah tercipta kelompok suporter yang mencintai secara sehat, tangguh dan militant.
Untuk melahirkan rasa cinta dan loyal itu, masyarakat harus lebih dekat mengenal objek yang dicintainya dan ini harus melalui proses yang panjang dengan adanya propaganda, agitasi serta mulai menancapkan sejarah sepak bola Jabar yang ada di Ciamis.
Momen di 10 Februari ini penting menanamkan paham bahwa PSGC adalah kebanggaan dan salah satu bagian dari budaya Ciamis dengan disertai konsistensi, eksistensi dan tentunya PRESTASI. (GaluhID/Kuntrink)
PENULIS: Triana Megandara biasa dipanggil Kuntrink. Cari jodoh bisa dihubungi melalui akun media sosialnya.