Minggu, Februari 2, 2025

Festival Budaya Kampung Lebak Ciamis Kembali Digelar

Baca Juga

Ciamis, galuh.id – Festival Budaya Kampung Lebak 2025 kembali digelar dengan penuh kemeriahan, menghadirkan suasana yang sarat akan kekayaan budaya serta nilai-nilai toleransi yang mengakar kuat di masyarakat.

Acara ini menjadi bukti nyata bahwa perbedaan budaya dan keyakinan dapat berdampingan secara harmonis dalam satu komunitas.

Kepala Bidang Kebudayaan Dispora Ciamis, Muharram Ajajuli, yang mewakili Penjabat (Pj) dalam festival tersebut, membenarkan kegiatan tersebut.

Muharram menegaskan, acara ini bukan sekadar ajang hiburan tahunan, tetapi juga wujud nyata dari komitmen bersama dalam menjaga dan mengembangkan warisan budaya daerah.

Menurutnya, Kampung Lebak adalah contoh bahwa keberagaman bukanlah penghalang, melainkan kekuatan.

“Di sini, kita dapat melihat bagaimana masjid, Gereja Katolik Santo Yohanes, dan Kelenteng Hospeksi berdiri berdampingan, mencerminkan nilai-nilai toleransi dan kerukunan yang telah terjalin lama,” ujar Muharram, Minggu (02/02/2025).

Festival ini menyuguhkan berbagai pertunjukan budaya yang memukau, mulai dari tarian tradisional, musik khas daerah, teater rakyat, hingga atraksi barongsai yang menarik perhatian pengunjung.

Tak hanya itu, kuliner khas Ciamis juga turut hadir, memperkaya pengalaman festival dengan cita rasa yang autentik.

Muharram menegaskan bahwa festival ini tidak hanya bertujuan untuk menghibur masyarakat, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda agar lebih mengenal dan mencintai budaya leluhur mereka.

Dalam kesempatan tersebut, Muharram mengingatkan bahwa menjaga warisan budaya bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat.

“Kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Setiap individu, komunitas, dan pemuka adat memiliki peran penting dalam memastikan budaya kita tetap lestari dan berkembang,” tegasnya.

Salah satu tantangan besar yang dihadapi saat ini adalah semakin menurunnya minat generasi muda terhadap seni dan budaya tradisional.

Kehadiran budaya asing yang lebih populer sering kali membuat kesenian lokal tersisih.

Oleh karena itu, festival ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk mengenalkan kembali kekayaan budaya kepada anak muda dengan cara yang lebih modern dan relevan.

“Kita perlu mencari cara kreatif dalam memperkenalkan budaya. Misalnya, mengemas pertunjukan tradisional dengan unsur kekinian agar lebih menarik bagi generasi muda,” tambah Muharram.

Selain sebagai ajang pelestarian budaya, Festival Budaya Kampung Lebak juga memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat setempat.

Keberadaan acara ini menjadi peluang besar bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk memasarkan produk mereka, mulai dari kuliner khas hingga kerajinan tangan tradisional.

Banyak wisatawan yang datang tidak hanya untuk menikmati pertunjukan budaya, tetapi juga untuk membeli berbagai produk lokal yang ditawarkan.

Hal ini secara langsung berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

Muharram berharap festival ini dapat terus berkembang dan menjadi agenda tahunan yang semakin besar.

Menurutnya, dengan dukungan yang tepat, Festival Budaya Kampung Lebak bisa menarik perhatian tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional hingga internasional.

“Kita ingin festival ini menjadi ikon budaya yang bisa menarik wisatawan dari berbagai daerah, bahkan mancanegara. Ini adalah kesempatan emas untuk mempromosikan Ciamis sebagai destinasi budaya yang kaya dan menarik,” ujarnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Muharram mengajak pihak swasta dan investor untuk turut berkontribusi dalam mendukung penyelenggaraan festival ke depannya.

Ia menekankan bahwa kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat diperlukan demi keberlanjutan acara semacam ini.

Meskipun festival ini telah sukses digelar, masih ada tantangan yang harus dihadapi agar acara ini tetap relevan di masa mendatang.

Salah satunya adalah bagaimana terus berinovasi agar festival ini tetap menarik di tengah perubahan zaman.

“Kita harus terus berinovasi. Jangan sampai festival ini hanya menjadi ajang seremonial yang berulang tanpa perkembangan yang berarti. Kita harus berpikir ke depan, bagaimana budaya kita tetap hidup dan berkembang di era digital ini,” tegasnya.

Selain itu, Muharram juga menyoroti pentingnya dokumentasi budaya sebagai upaya mencegah kepunahan tradisi lisan yang belum banyak terdokumentasikan.

Ia menekankan bahwa pelestarian budaya harus dilakukan secara sistematis, baik dalam bentuk tulisan, video, maupun media digital lainnya.

“Kita harus serius dalam mendokumentasikan budaya kita. Ini bukan hanya tugas akademisi atau pemerintah, tetapi tanggung jawab kita semua agar generasi mendatang tetap bisa mengenal dan menghargai warisan leluhur mereka,” tutupnya. (GaluhID/Resa)

- Advertisement -
- Advertisement -
Berita Terbaru

Angin Kencang Terjang Dua Desa di Ciamis, Satu Rumah Rusak Berat, Warga Mengungsi

Ciamis, galuh.id – Cuaca ekstrem melanda Kabupaten Ciamis pada Sabtu (1/2/2025), menyebabkan kerusakan di dua desa akibat angin kencang....

Artikel Terkait