Akibat dari anjloknya harga, lanjut Eva, banyak peternak ayam petelur yang mengalami kerugian. Bahkan ada yang sampai gulung tikar atau bangkrut.
Untuk mensiasati agar tidak gulung tikar seperti peternak lainnya, ia menjual telur dengan cara mengorder ke konsumen langsung. Hal itu ia lakukan agar kerugian tidak terlalu besar.
“Saya sekarang jualnya langsung ke konsumen, seperti ke pembuat-pembuat roti dan warung makan. Soalnya kalau menjual ke tengkulak atau bandar, harganya parah,” tukasnya.
Eva menduga, merosotnya harga telur di tingkat peternak karena ketersediaan telur melimpah, tetapi daya beli masyarakat berkurang.
“Selain itu juga adanya telur infertil yang diperjual belikan di pasaran dengan harga rendah. Padahal telur infertil itu dilarang untuk diperjual belikan,” ucapnya.
Pihaknya pun berharap kepada pemerintah untuk turun tangan agar kondisi harga telur ayam di Ciamis bisa segera teratasi.
“Tolong lah pemerintah perhatikan peternak-peternak seperti saya ini. Selama jadi peternak ayam petelur belum pernah menerima bantuan apa pun,” pungkasnya. (GaluhID/Uus)
Editor : Evi
