Info Liga 2, galuh.id – Publik sepak bola Indonesia dibuat tersentak oleh keberhasilan Persik Kediri menjuarai Liga 2 musim 2019. Tim yang musim lalu berkompetisi di Liga 3 nyatanya mampu jadi raja dalam kompetisi kasta kedua Liga Sepakbola Indonesia.
Persik Kediri yang berlabel klub promosi mampu menundukkan klub-klub besar yang sebelumnya diprediksi akan dengan mudah menjuarai Liga 2. Tak pelak Persik Kediri bak sebuah kisah Cinderella di sepak bola.
Padahal Persik Kediri adalah salah satu klub lama di Jawa Timur dan didirikan pada 19 Mei 1950, dengan menggenggam 2 trophy Liga Indonesia kasta tertinggi di musim 2003 dan 2016. Itulah masa jayanya klub berjulukan Macan Putih itu.
Namun, tak ada yang menyangka, tim yang pada musim 2018 berjuang hingga menjadi kampiun di liga kasta ketiga Liga Indonesia, kemudian mendapatkan tiket promosi ke Liga 2 musim 2019 kemudian menjadi kampiun.
Kisah ini bak cerita dongeng yang membuktikan usaha keras bisa mengalahkan segalanya. Kisah yang tentunya akan dikenang kembali dalam sejarah sepakbola Kota Kediri dan Indonesia.
Memasuki musim 2019, klub yang dilatih oleh Budiarjo Thalib ini pun memilih target ringan bagi timnya. Yaitu, bertahan di Liga 2. Di manapun peringkatnya pada klasemen akhir tak masalah, asalkan Persik Kediri tak kembali ke kasta kedua, alias Liga 3.
“Tim ini mulai awal kompetisi dianggap remeh dan dipandang sebelah mata. Namun pemain akhirnya bisa membuktikan. Di beberapa pertandingan, kami kerap dirugikan namun kami berusaha menghadapinya,” ujar pelatih asal Makasar ini.
Mantan asisten pelatih Robert Alberts di PSM 2016 ini mengaku punya beban berat saat masuk ke Persik, ia dipilh manajemen untuk melatih Faris Aditama dkk hanya satu pekan sebelum sepak mula Liga 2 dimulai, mengganti pelatih sebelumnya, Nazal Mustofa.
“Apalagi hasil pramusim Persik juga tidaklah terlalu bagus. Sementara tuntutan suporter sangat tinggi terhadap klub ini. Tapi, saya tak mau terpengaruh dengan isu-isu miring itu. Yang penting saya terus bekerja dan bekerja,” ujarnya.
Pasalnya, publik sepakbola Kediri, terutama kelompok suporter Persikmania, sempat meragukan kapasitas Budihardjo Thalib untuk menakhodai tim di Liga 2.
“Ketika saya datang ke Kediri, saya mengetahui dan membaca komentar di medsos yang meragukan kredibilitas saya sebagai pelatih. Tapi, semua hal itu sebagai motivasi. Saya sudah lama jadi pelatih, jadi saya punya mental baja,” tutur Budihardjo Thalib. (GaluhID/Dhi)