CIAMIS – Pilkada Ciamis tak lepas dari polarisasi para Kiai yang mendukung kedua paslon. Beberapa pesantren dengan terang-terangan ikut ambil bagian dalam hingar-bingar politik di Kabupaten Ciamis. Sebut saja pada Sabtu, 21 April 2018, sekitar 1500 Ulama mendeklarasikan dukungannya pada Herdiat-Yana di Pondok Pesantren Darussalam-Ciamis.
Herdiat Sunarya, Paslon Nomor Urut 1 ini sempat menekan semacam kontrak politik untuk Ciamis yang bernuansa Syari’ah. Beberapa poin dalam kontrak politik tersebut menyebutkan tentang pemberantasan miras dan penyakit masyarakat lainnya. Disebutkan oleh H. Wawan, Ketua FPI Ciamis bahwa deklarasi dan kontrak politik tersebut bertujuan untuk kemaslahan umat.
Sementara itu di kubu Iing-Oih, mereka yang mendukung Paslon Nomor Urut 2 ini justru datang dari kalangan Ajengan (Kiai) muda, mereka menyebut dirinya sebaga GAMIS (Gerakan Ajengan Muda Ciamis). Adalah Irfan Hielmy, pria kelahiran Rajadesa, Ciamis, 10 Desember 1980 yang menjadi pelopor gerakan tersebut. Di sela-sela kesibukannya mempersiapkan acara Kampanye Akbar salah satu pasangan calon Pilkada Ciamis di Lapangan Lokasana, Ciamis, Galuh ID mewawancarai pria yang kini dikenal sebagai Ketua Umum Gamis ini untuk mengetahui visi, misi, dan alasan kenapa mereka yang muda lebih memilih calon pemimpin yang lebih senior?
Putra bungsu dari Ajengan Ma’ruf dari Desa Tanjungsari, Kecamatan Rajadesa ini mengibaratkan Pilkada Ciamis sebagai peperangan. Sebagaimana diketahui bahwa Kecamatan Rajadesa tempat Irfan tinggal ini merupakan basis pendukung Herdiat-Yana. Tetapi, Irfan yang merupakan lulusan Pondok Pesantren Miftahul Huda-Manonjaya lebih memilih untuk mendukung Iing-Oih.
“Kita punya prinsip yang diajarkan dulu oleh sahabat Rasulullah SAW bahwa dalam kancah peperangan yang luar biasa, ada sahabat bernama Salman Al Farisi salah satu sahabat Nabi yang berinisiatif untuk membuat parit di pinggir-pinggir desa, di pinggir-pinggir daerah. Sehingga program yang kami lakukan untuk mensosialisasikan Paslon yang kami dukung terutama di daerah-daerah yang digarisbawahi agak beda lah suaranya dari daerah lain. Selama ini kami membina majelis-majelis ta’lim di daerah-daerah, kami membina DKK-DKM, kami membina pondok-pondok pesantren yang ada di daerah. Sehingga biarkan mereka ramai di kota, tetapi mohon maaf kami di daerah-daerah bisa menguasai. Karena kan kiai-kiai muda itu kebanyakan bukan di daerah tengah, tapi di pingir-pinggir daerah yang langsung bersentuhan dengan masyarakat,” terang Irfan.
Dalam peperangan biasanya melibatkan dua kubu, kubu protagonis dan kubu antagonis, peperangan seringkali diibaratkan sebagai kebenaran melawan kejahatan. Ketika ditanya tentang siapa pihak penjahat dalam Pilkada Ciamis, Irfan dengan diplomatis menjawab jika perang yang dimaksudkan bukanlah perang fisik yang melibatkan pedang atau senjata, tetapi lebih pada perang pemikiran dan perang prestasi, “bagaimana menjadi sebuah kemenangan itu dengan sebuah prestasi, karena bagi kami kemenangan tanpa prestasi itu kurang baiklah. Kemenangan itu adalah prestasi dan prestasi itu adalah kemenangan,” terang Irfan.
Gamis yang menurut pengakuan Irfan beranggotakan sekitar 600 orang relawan dari seluruh Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya serta didukung oleh K.H Syarif Hidayat, pimpinan Pondok Pesantren Al-Hasan yang duduk sebagai Dewan Pembina ini memilih mendukung salah satu Paslon karena menurutnya kiai sepuh masih setia mendukung pasangan Iing-Oih. Selain juga karena program-programnya yang sejalan dengan visi-misi Gamis. Program yang dimaksud adalah pengembangan dakwah secara umum serta prioritas bagaimana menjadikan Ciamis lebih berkah.
Irfan juga menyebutkan tentang program untuk menjadikan masyarakat mandiri dan amanah. Mandiri yang dimaksudkan adalah mandiri secara ekonomi dan secara organisasi, masyakarat harus dididik untuk tidak bergantung pada pemerintah. Sementara amanah, adalah pemimpin yang bisa diterima dan dipercaya oleh masyarakat. Sayangnya, Irfan tidak menjelaskan secara spesifik tentang program riil untuk menjadikan masyarakat yang mandiri dan amanah tersebut.
Ketika disinggung dengan pertanyaan kenapa Gamis yang anggotanya terdiri dari para kiai muda ini lebih mendukung paslon yang lebih senior, menurut Irfan usia bukanlah hal yang penting, tetapi melihat pengalaman paslon yang mereka dukung juga latar belakang paslon yang lahir dan besar di keluarga pesantren. Sebagaimana diketahui Iing Syam Arifien merupakan alumni salah satu pesantren di Tasikmalaya dan pencalonannya didukung oleh Hajah Dali Mutiara Affandi, Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya.
(K. Putu Latief) Galuh ID