Berita Nasional, galuh.id – Rupiah menguat hari ini tajam pada perdagangan Jumat (5/6/2020) melawan dolar Amerika Serikat (AS), penguatan rupiah pekan ini berlangsung secara terus menerus.
Bahkan mata uang Garuda tersebut menurut para pakar ekonomi bukan hanya menguat saja, tapi terdapat istilah menguat “gila-gilaan”.
Menguatnya uang Garuda tersebut membuatnya kembali ke zona hijau pada tahun ini alias menguat secara year to date (YTD).
Saat pembukaan perdagangan, nilai tukar rupiah hanya menguat tipis yaitu hanya 0,7 % ke Rp. 14.050/US$.
Namun tidak lebih satu jam, sang Garuda kembali mengalami progress hingga berhasil tembus menyentuh ke level psikologisnya yaitu Rp. 14.000/US$.
Setelah itu rupiah kembali mengalami perbaikan hingga tidak terbendung bahkan terus menguat hingga menyentuh 1,6% ke Rp. 13.838/US$.
Apresiasi yang terus berlanjut hingga Rp. 13.835/US$ di pasar spot sesuai dengan lansiran yang berasal dari data Refinitiv.
Hingga pukul 12:WIB rupiah masih tetap bertahan pada Rp. 13.835/US$ dan merupakan level terkuat sejak Tanggal 24 Februari 2020.
Rupiah Sempat Melemah, Rupiah Menguat Hari Ini
Sebelum mata uang Garuda menguat seperti saat ini, sebelumnya yaitu kemarin rupiah sempat melemah tipis pada angka 0,07 %.
Kemudian mata uang Garuda mengalami penguatan dengan melesat tajam hingga pada angka 2,29% pada Rabu, sehari sebelumnya sebesar 1,34 %.
Sehingga mata uang Garuda sepanjang pekan ini mengalami kenaikan sebesar 5 %, nampak rupiah mulai menggeliat mengalami penguatan.
Penguatan rupiah pada periode Bulan April sampai Bulan Mei 2020 tercatat menguat melesat hingga menyentuh angka lebih dari 10 %.
Rupiah sempat berada dalam zona merah karena tidak menguat, selama 3 bulan lebih tidak mengalami penguatan.
Pada akhir Tahun 2019 rupiah berada pada posisi Rp. 13.880/US$, sehingga pada angka tersebut rupiah berada di zona merah.
Kondisi pandemi virus Corona (Covid-19) mengakibatkan pelaku pasar lesu, sehingga sangat berpengaruh pada nilai tukar rupiah.
Rupiah menguat hari ini kembali di pertengahan Tahun 2020 dan berhasil masuk pada zona hijau setelah 3 bulan lebih di zona merah.
New Normal Membuat Mood Pelaku Pasar Bagus
Adanya new normal atau kehidupan dengan tatanan baru saat pandemi Covid-19 membuat mood para pelaku pasar jadi bagus.
New normal menjalankan kehidupan dengan protocol kesehatan yang ketat di tengah pandemi virus Corona (Covid-19) yang tengah melanda.
Dengan diberlakukannya new normal di Indonesia, membuat pelaku usaha atau roda bisnis kembali berputar dan optimis akan terlepas dari ancaman resesi global.
Dengan adanya kehidupan tatanan baru yang mengakibatkan mood para pelaku pasar menjadi bagus, akan berdampak pada aliran modal.
Aliran modal tersebut akan menuju pada negara-negara emerging market serta berbagai asset yang memberikan imbal hasil tinggi.
Salah satunya adalah Indonesia, yang merasakan dampak positif dari mood para pelaku pasar yang bagus sehingga rupiah menguat hari ini.
Aliran modal masuk dengan deras ke dalam negeri dibuktikan dari lelang obligasi atau disebut juga Surat Berharga Negara (SBN).
Bahkan kabar baik juga tebukti dengan penawaran pada Surat Berharga Nasional (SBN), Selasa yang lalu penawarannya mencapai angka 105,27 triliun.
Kemarin, terdapat 7 seri Surat Berharga Negara yang berhasil dilelang, dengan target indikatif pemerintah sebesar US$ 20 triliun.
Dengan US$ 20 triliun tersebut artinya telah terjadi over subscribed 5,2 kali, pertanda positif untuk Indonesia.
Sehingga pemerintah berhasil menyerap Rp. 24,3 triliun, nominal tersebut berasal dari seluruh penawaran yang masuk dan mengakibatkan rupiah menguat hari ini.
Angka tersebut menurut data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko (DJPPR) Kementerian Keuangan termasuk di atas target indikatif.
Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter yang mengatur stabilitas nilai tukar, berperan pada penguatan rupiah yang sedang terjadi.
Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo nilai tukar rupiah saat ini masih undervalue, namun ke depan akan menguat kembali ke nilai fundamentalnya.
Nilai fundamental tersebut ada pada kisaran Rp. 13.600-Rp. 13.800/US$, dimana level tersebut sebelum terjadi pandemi virus Corona (Covid-19).
“Fundamental diukur dari inflasi yang rendah, Current Account Deficit (CAD) yang lebih rendah, itu akan menguatkan rupiah,” jelasnya, Kamis (28/5/2020).
Kemudian menurut Perry, aliran modal asing yang masuk ke Surat Berharga Nasional (SBN) akan mengakibatkan rupiah menguat hari ini. (GaluhID/Ardiansyah)