Berita Ciamis, galuh.id – Bagi para peziarah tentunya sudah tak asing lagi dengan Situs Pangrumasan di Dusun Sukamaju RT 02, RW 07, Desa Banjaranyar, Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis.
Situs bersejarah ini merupakan peninggalan Kyai Bagus Santri Apu Putera, penyebar ajaran Islam beberapa abad lalu di wilayah Kecamatan Banjaranyar dan sekitarnya.
Di situs ini terdapat peninggalan mendiang Kyai Bagus Santri Apu Putera, berupa benda pusaka yang disimpan rapi di sebuah bangunan khusus.
Bangunan khusus tempat menyimpan benda pusaka tersebut bernama Bale Bandung.
Situs Pangrumasan sampai saat ini kerap didatangi para peziarah. Baik peziarah lokal maupun dari luar Kabupaten Ciamis.
Konon menurut cerita zaman dulu, Kyai Bagus Santri berasal dari daerah Demak, provinsi Jawa Tengah.
Meski berdialek jawa, tapi beliau dapat diterima oleh masyarakat setempat. Karena masyarakat pada masa itu sudah ada yang memahami dialek bahasa jawa.
Menurut Enem, Juru Kunci Situs Pangrumasan, Kyai Bagus Santri membangun sebuah Padepokan di situs ini untuk menyebarluaskan ajaran Islam pada abad ke 15 – 16.
“Padepokan itu ya ini, Bale Bandung,” ujarnya kepada Galuh.id, Sabtu (24/10/2020).
Enem menjelaskan, beliau (Kyai Bagus Santri Apu Putera) ditugaskan untuk menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah Banjaranyar dan sekitarnya.
Selanjutnya di Pangrumasan, beliau diharuskan untuk menanam pohon jati sebanyak 17 batang, sesuai dengan 17 adegan dalam rukun salat.
Cara beliau menyebarkan ajaran agama Islam pada saat itu yakni melalui pementasan Wayang Kulit dengan iringan gamelan. Sampai akhirnya banyak warga yang tertarik dan ikut kepadanya.
“Gamelan itu seperti Goong. Dan benda pusaka lainnya masih tersimpan di sini, di Bale Bandung,” tutur Enem.
Selain Bale Bandung, di Situs Pangrumasan juga terdapat Makom dimana Kyai Bagus Santri Apu Putera beserta istri dan santrinya (pengikutnya) di makamkan.
Makom itu letaknya berada di sebelah Bale Bandung, tepatnya di atas bukit Dusun Sukamaju. Namun sayang, Galuh.id tidak bisa masuk ke area Makom tersebut.
Tradisi Situs Pangrumasan di Ciamis
Menurut Enem, untuk bisa masuk ke area Makom Kyai Bagus Santri dan pengikutnya ada waktu-waktu tertentu. Tidak sembarangan bisa masuk ke Makom ini.
”Ada waktunya yaitu setiap jumat kliwon. Di hari itu kami beserta para Nasab (sahabat) biasa melakukan Siraman atau Jamasan,” ucapnya.
Arti dari Jamasan atau Siraman itu adalah ritual membersihkan semua benda pusaka yang ada di Pangrumasan. Dan membersihkan Makom Kyai Bagus Santri.
Biasanya, para sahabat yang ikut Jamasan sambil membawa bahan makanan berupa tumpeng. Kemudian bahan makanan tumpeng itu dimasak bersama-sama.
Setelah selesai acara Siraman, kemudian melanjutkan Tawasul di Bale Bandung. Setelah itu, melanjutkan dengan makan tumpeng bersama.
Enem berharap Situs Pangrumasan yang ada di Banjaranyar ini mendapat perhatian dari pemerintah daerah Ciamis lewat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
Merawat Situs Peninggalan Leluhur
Dirinya juga mengajak warga masyarakat Banjaranyar dan Pemda Ciamis untuk sama-sama merawat situs peninggalan leluhur ini. Agar tidak tidak hilang ditelan zaman.
“Harapan saya. Agar Pemda Ciamis lewat dinas terkait memperhatikan Situs Pangrumasan. Warisan dari leluhur ini,” ucapnya.
Sementara Aldi Ismail, salah satu anggota Patriot Desa yang sengaja datang ke situs Pangrumasan berencana akan mengembangkan situs warisan leluhur ini menjadi tempat wisata.
Selain itu, dirinya juga berjanji akan menyampaikan masukan-masukan juru kunci, yang hingga kini belum ada perhatian dari pemerintah provinsi Jawa Barat.
Konsep yang akan dikembangkan agar situs Pangrumasan ini menjadi salah satu tempat wisata di Banjaranyar yaitu dengan membuat pasar wisata tradisional.
”Pasar wisata tradisional itu berbentuk budaya zaman dahulu. Yang mendagangkan makanan-makanan tradisional khas Banjaranyar,” ujarnya.
Konsepnya akan meniru pasar budaya yang ada di Yogyakarta. Karena pasar bisa melibatkan banyak orang sehingga mendatangkan lapangan kerja bagi warga setempat.
Sementara sistem transaksinya akan menggunakan uang kayu. Jadi, saat warga ingin membeli jajanan itu, uang rupiahnya harus ditukarkan lebih dulu dengan uang kayu.
Untuk membuat uang kayu itu, imbuh Aldi, pihaknya akan memberdayakan warga setempat di sekitar Situs Pangrumasan. Kebetulan di sana banyak perusahaan kayu sengkayu. (GaluhID/Uus)