Info Liga 1, galuh.id – PSS Sleman sebagai tim promosi bisa dibilang sukses menjalani kompetisi Liga 1 2019. Hingga pekan ke-32 Super Elang Jawa bertengger di posisi delapan, bahkan masih berpeluang memperbaiki klasemen di papan tengah Liga 1.
Raihan tersebut, tentu jauh lebih baik ketimbang dua klub promosi lainnya, Semen Padang dan Kalteng Putra. Keduanya hanya numpang lewat di Liga 1 dan dipastikan turun kasta ke Liga 2 2020 mendatang.
Bertahannya PSS di Liga 1 jelas mendapatkan perhatian. Bermaterikan pemain yang bisa dibilang tak memiliki label bintang, malah mampu melampaui beberapa klub bertabur bintang.
Bahkan Super Elang Jawa sempat menyumbang pemain untuk timnas di SEA Games 2019, yaitu Ikham Zahrul Milla.
Kolektivitas permainan adalah kunci sukses PSS tetap bisa bersaing dengan klub tradisional lain di Liga 1. Selain itu, keberhasilan bukan hanya dari permainan di lapangan, namun PSS juga berhasil dalam manajemen tim.
Hal ini dibuktikan dengan kondisi PSS di Liga 1 jauh lebih baik ketimbang saat masih berkompetisi di Liga 2.
Saat klub dalam kondisi yang baik dan terbilang sukses tersebut, dikabarkan pemilik saham mayoritas PSS berniat menjual sahamnya ke publik.
Soekeno merupakan pemilik 70% saham PSS dan merangkap sebagai Komisaris Utama PT Putra Sleman Sembada, perusahaan yang memayungi PSS Sleman.
Dikutip dari halaman Kumparan, Soekono menyampaikan masih mencari pembeli potensial. Terutama yang serius membeli mayoritas saham PSS miliknya.
Pebisnis yang bergerak di bidang perhotelan ini menyampaikan secara terbuka bagi siapapun yang memiiki ketertarikan soal mayoritas saham PSS miliknya, tinggal hubungi dirinya secara langsung. Bahkan informasi tersebut ia sampaikan kepada suporter sejak tahun lalu.
Soal nilai saham yang dtawarkan oleh Soekeno tidak menjelaskan secara rinci. Ia hanya memberikan kisaran hampir 20 miliyar rupiah.
Sedangkan soal pembeli, ia menyampaikan ada beberapa yang sudah nego, tapi hingga hari ini belum ada yang deal.
Mengenai alasan Soekeno menjual mayoritasnya disebabkan dua faktor, internal dan eksternal. Internal disebabkan banyak pihak di tubuh PSS yang tidak menginginkannya, sehingga muncul riak-riak di dalam manajemen klub.
Sedangkan faktor eksternal disebabkan kondisi dunia persepakbolaan Indonesia yang masih ditunggangi politik dan pengaturan laga.
Dua hal tersebut menjadi alasan kuat baginya menjual saham mayoritas PSS Sleman miliknya. (GaluhID/Waskito)