Berita Jabar, galuh.id – Sebanyak 5 daerah di Jabar masuk zona merah. Hal itu disampaikan Gubernur Jabar sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil melaporkan hal tersebut saat mengikuti rakor bersama Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, melalui vidcon dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (24/92020).
Menurut Ridwan Kamil, terdapat 5 daerah di Jabar yang masuk dalam kategori zona merah penyebaran Covid-19. Zona merah yang dimaksudkan, daerah tersebut memiliki risiko tinggi penyebaran virus Corona.
5 Daerah di Jabar Masuk Zona Merah
Setelah di minggu sebelumnya per 22 September 2020, terdapat tiga daerah di Jabar yang masuk zona merah. Yakni Kabupaten Karawang, Kota Cirebon dan Kota Bekasi.
“Minggu ini ada perubahan status, zona merah adalah Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Depok, lalu dua-duanya Kota dan Kabupaten Cirebon,” ungkapnya dalam konferensi pers di Gedung Sate Kota Bandung, Senin (28/9/2020).
Selain itu, zona merah juga jumlah pasien positif Covid-19 di wilayah tersebut masih cukup tinggi. Sehingga pembatasan aktivitas dan pengetesan Covid-19 akan dimasifkan di zona merah.
“Angka reproduksi kita masih di Kisaran 1,04, menandakan tingkat kecepatan penularan masih relatif terkendali. Saya ulangi, yang zona merah minggu ini adalah Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon,” terangnya.
Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil melaporkan bahwa tes PCR di Jabar sudah mencapai 383.000 tes.
Namun, jumlah pengetesan mingguan menurun, karena berkurangnya ketersediaan reagen yang menjadi bahan utama untuk memeriksa sampel swab.
“Minggu kini menurun karena jumlah ketersediaan reagen PCR kita sedang menurun. Minggu ini tinggal 5.000 kalau tidak salah,” tutur Emil.
Penyediaan Test PCR
Untuk itu, Emil sedang berupaya meminta bantuan pemerintah pusat dalam penyediaan tes PCR. Untuk memenuhi standar pengetesan, Emil pun mengajak pihak swasta untuk ikut andil.
“Karena kapasitas laboratorium kita sudah mentok, sehingga untuk meningkatkan kapasitas testing itu harus dengan melibatkan perusahaan swasta yang harga satuan pengetesannya itu harus sesuai dengan aturan BPKP. Jadi tidak boleh mahal, harus dilakukan standarisasi,” kata dia.
Namun, tingkat kematian akibat Covid-19 di Jabar relatif turun dari 2,4 persen pada minggu lalu, menjadi 1,8 persen.
“Yang sembuh juga makin baik walaupun belum memuaskan. Dua minggu lalu 53 persen, sekarang di 61 persen. Mudah-mudahan hasil kerja kita menguat,” kata Emil.
Secara keseluruhan, angka reproduksi Covid-19 di Jabar sebagai salah satu standar membaca epidemologi, masih di kisaran 1,04. Hal itu menandakan tingkat kecepatan penularan masih relatif terkendali.
Terkait pengetesan, Emil pun mengapresiasi ada 7 daerah PCR yang sudah melewati batas 1 persen dari jumlah penduduk standar WHO.
Daerah yang pengetesannya paling tinggi adalah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Sukabumi, Kota Banjar, Kota Bekasi, Kota Bogor dan Kota Cirebon.
“Jadi kita sedang melakukan upaya agar dua puluh kota Kabupaten lainnya yang belum penuhi target 1 persen dari jumlah penduduk untuk segera meningkatkan kapasitas tes kira-kira begitu,” katanya.
Tes PCR di Jawa Barat sendiri, kata dia, secara akumulatif itu kedua terbanyak di Indonesia. Jumlahnya 383.000. “Tapi kalau mingguan kita mengalami penurunan yang tadinya kita sudah bisa mencapai 50.000 tes,” katanya.
Klaster Penyebaran Covid-19 di Sejumlah Pesantren
Selain mengungkap adanya temuan kasus baru di Kota dan Kabupaten Cirebon, Emil menyatakan Gugus Tugas juga tengah fokus terhadap satu klaster penyebaran Covid-19 di Kabupaten Kuningan, yakni di sejumlah pesantren.
“Sekarang di Jabar ada klaster pesantren, di Kuningan yang minggu ini kita lakukan pengetesan massal sesuai pola yaitu di wilayah Ciayumajakuning karena di beberapa wilayah tersebut terjadi peningkatan kasus Covid,” ucapnya.
Meski ada peningkatan kasus Covid-19 di Bodebek dan Cirebon, Emil menyatakan angka reproduksi Covid-19 di Jabar relatif terkendali.
“Dari angka reproduksi kita masih di kisaran 1,04, menandakan tingkat kecepatan penularan (Covid-19) masih relatif terkendali,” katanya. (GaluhID/Tari)