Ia mengungkapkan, jika dalam pertandingan ada 135 korban jiwa atau memantik kekerasan, kebahagiaan dan kesehatan dipastikan tak akan terjadi dan melanggar nilai filosofis sepak bola.
“Karenanya, pertandingan harus dipastikan profesional. Lisensi, sertifikasinya, dan sebagainya menjadi tulang punggung profesionalisme,” tegas Anam.
Lebih lanjut, Anam menyebut bahwa akan muncul pertanyaan, terkait apakah bisa Komnas HAM merekomendasikan pemerintah untuk membekukan PSSI.
“PSSI dan FIFA juga tunduk kepada instrumen hak asasi manusia,” tegas Anam.
Kalau FIFA sudah tidak bertanggung jawab terhadap soal HAM, sambung Anam, biarkan mereka bertanggung jawab terhadap mekanisme HAM.
“Kami sedang merancang satu mekanisme untuk mempersoalkan mengapa FIFA tak memberi perhatian lebih terhadap perspektif HAM, khususnya terhadap konteks kasus Kanjuruhan,” pungkasnya.(GaluhID/Maul)
Editor: Ardiansyah
