Berita Nasional, galuh.id – Gerhana Matahari Cincin (GMC) akan terjadi pada hari ini, Minggu (21/6/2020) dan dapat dilihat oleh beberapa wilayah saja di Indonesia.
Fenomena alam tersebut terjadi ketika posisi matahari, bulan dan bumi tepat satu garis, sehingga sinar matahari tertutup oleh bulan.
Karena piringan bulan lebih kecil dari piringan matahari, ketika puncak gerhana dari bumi akan nampak matahari seperti dilingkari oleh cincin.
Piringan matahari yang lebih besar dari piringan bulan, matahari nampak seperti cincin yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang pinggirnya.
Kejadian itulah yang menjadikan gerhana tersebtu bernama gerhana matahari cincin, karena nampak seperti cincin pada saat terjadi puncak gerhana.
Untuk tahun ini, fenomena terjadi nampak berbeda dari tahun sebelumnya karena bertepatan dengan summer solstis, sehingga dinamakan cincin api Solstis.
Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan), cincin api Solstis termasuk kejadian langka, terakhir terjadi pada 21 Juni 1648.
Kemudian cincin api Solstis diperkirakan akan terjadi kembali pada 21 Juni 2039, jadi fenomena tersebut termasuk langka terjadi.
Pada Tahun 2020 ini sesaat lagi sebanyak 432 kabupaten/kota yang berada pada 31 provinsi akan dapat menyaksikan fenomena langka tersebut.
Masyarakat yang akan melihat fenomena langka tersebut dilarang melihat langsung dengan menggunakan mata telanjang, harus menggunakan alat bantu.
Gerhana Matahari Cincin Tidak Dapat Dilihat Dari Seluruh Wilayah Indonesia
Sayang tidak seluruh daerah di Indonesia dapat menyaksikan fenomena langka tersebut, terdapat beberapa saja yang dapat menyaksikannya.
Menurut Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin di Sumatera bagian selatan, Jawa bagian barat dan tengah tidak dapat melihat gerhana.
“Di Indonesia hanya gerhana matahari sebagian, itu pun dengan kegelapan atau mangnitudo 50%,” jelas Thomas, Sabtu (20/6/2020).
Sehingga masyarakat Indonesia hanya melihat gerhana matahari sebagian, tidak dapat melihat gerhana secara utuh atau keseluruhan.
Di Indonesia daerah yang dapat melihat pertama kali yaitu di Sabang, Aceh mulai bisa melihat pada pukul 13.16 WIB.
Dan kota yang paling akhir menyaksikan yaitu Kepanjen Jawa Timur, waktunya sekitar pukul 15.19 WIB.
Untuk puncak gerhana di Indonesia akan terjadi atau teramati pada waktu yang berbeda, Kota Sabang Aceh puncaknya pukul 14.34 WIB.
Jadi Kota Sabang Aceh adalah daerah yang pertama kali melihat puncak gerhana dibandingkan dengan daerah lainnya.
Untuk kota yang paling akhir menyaksikan puncak gerhana matahari cincin, adalah Kota Agats, Papua pada pukul 17.37 WIT.
Pulau Jawa Hanya Sebagian Daerah yang Bisa Menyaksikan Gerhana
Masyarakat yang berada di Jawa Barat kecuali Indramayu tidak dapat melihat fenomena langka yang terjadi puluhan tahun tersebut.
Begitu juga dengan masyarakat Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tidak dapat menyaksikan terjadinya gerhana matahari cincin.
Daerah lainnya yang tidak dapat menyaksikan gerhana tersebut, Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan 10 kota di Jawa Tengah.
Daerah lainnya yang tidak dapat menyaksikan, 7 kota di Jawa Timur, 2 kota di Bengkulu dan 7 kota di Lampung.
Bahkan pusat penelitian Observatory Bosscha Bandung Jawa Barat tidak dapat melakukan penelitian meskipun terdapat alat yang memadai.
Menurut penelity Observatory Bosscha Yatny Yulianty, Bandung, Jakarta dan Yogyakarta tidak dapat melihat gerhana yang terjadi setiap puluhan tahun.
“Hal tersebut terjadi karena konvigurasi matahari, posisi bulan terhadap bumi yang akan menentukan bayangan bulan jatuh di bumi,” jelas Yatny.
Yatni menambahkan penyebabnya sebagian masyarakat di daerah tertentu tidak dapat menyaksikan gerhana matahari karena perputaran matahari, bulan dan bumi.
Maksudnya adalah, karena perputaran matahari, bulan dan bumi tersebut menurut Yatny pada setiap tahunnya mengalami perbedaan.
Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Klas 1 Juanda Surabaya, Teguh Tri Susanto menyampaikan hal lain.
Terkait dengan adanya 7 kabupaten/kota di Jawa Timur yang tidak dapat menyaksikan terjadinya gerhana tersebut Teguh menyampaikan alasannya.
“Yang mengakibatkan tidak terlihatnya oleh masyarakat beberapa daerah di Jawa Timur karena tertutup oleh awan,” jelas Teguh.
Teguh menegaskan matahari tidak pernah hilang, tidak nampaknya gerhana matahari cincin karena di Jawa Timur terjadi pertumbuhan awan. (GaluhID/Ardiansyah)