Suami tercintanya meninggal sekitar 20 tahun yang lalu, sehingga ia hidup tanpa ada orang yang memberi nafkah.
“Tos lami Emak mah hirup sorangan, salaki kan geus lami ngantunkeun (sudah lama emak hidup sendiri, suami sudah lama meninggal),” katanya, Selasa (26/12/2023) kepada galuh.id.
Lansia Tunanetra di Banjar Ajarkan Hidup Jangan Putus Asa
Lebih lanjut, Mak Wie menceritakan bagaimana ia hidup tanpa suami dengan kondisi mata yang tidak bisa melihat.
Ia hanya mengandalkan keahliannya membuat sapu lidi yang ia titipkan di warung tetangga yang iba melihat kondisi Mak Wie.
“Emak mah ngadamelan sapu nyere di titip di warung tetangga, lumayan lah daripada kudu barang penta, emak mah masih jagjag. Keun Alloh ngarizkian ieuh,” ucapnya.
Artinya, emak ngandelin jualan sapu lidi di titipin ke warung tetangga. Lumayan daripada minta-minta, kan emak masih kuat, Alloh pasti memberikan rezeki kalau mau berusaha.
Sementara itu, Sule selaku tokoh di Dusun Muktiasih mengaku salut dengan perjuangan Mak Wie.
Dengan umur yang tak muda lagi, Mak Wie masih mau terus berjuang tanpa harus meminta belas kasihan orang lain.