Senin, November 25, 2024

Mahasiswa UNPAR Kunjungi Kampung Kerukunan di Ciamis Usai KKL

Baca Juga

Kristian menjelaskan, di Universitas Katolik Parahyangan pihaknya mempraktekan keberagaman itu di dalam kampus.

Sehingga apa yang mahasiswa lihat di Ciamis ini seperti melihat sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Jadi, pengalaman yang sebenarnya terjadi di UNPAR, bisa terjadi juga di Ciamis.

“Kalau di kampus kan mungkin karena lingkungan kampusnya yang memungkinkan hal tersebut. Namun ini menjadi unik ketika terjadi secara natural di lingkungan masyarakat,” ucapnya.

Mahasiswa UNPAR Dapat Pengalaman Berharga

Menurut Kristia, hal tersebut bisa menjadi pengalaman berharga untuk para mahasiswa, memiliki perspektif bahwa keberagaman itu bisa terjadi di masyarakat.

Ia menuturkan, toleransi bukan hal yang dipaksakan atau kondisikan, tapi lahir karena tulus dari masing-masing agama, bisa hidup berdampingan dan tidak memaksakan satu dengan yang lain.

“Toleransi hadir karena rasa ingin hidup bersama, dengan itu lahir motivasi yang sedianya motivasi murni yang datang dari setiap pemeluk agama,” tuturnya.

Sementara itu Romo Gereja Santo Yohanes Ciamis Michael Adi Siswanto mengatakan, Kampung Kerukunan dibentuk pada 2019 lalu karena melihat tempat ibadah yang berdekatan.

“Kami bersyukur melihat 4 bangunan ibadah berdekatan. Ada Masjid Jami Al Muhajidin, Gereja Katolik Santo Yohanes, Kelenteng Hok Tek Bio, dan Litang Khonghucu. Hal ini menunjukkan bahwa di Ciamis itu ada toleransi,” ujarnya.

- Advertisement -

Tinggalkan Balasan

- Advertisement -
 
 
Berita Terbaru

Shohibul Imam Ajak Implementasikan 4 Pilar Kebangsaan di Kuningan

Jabar, galuh.id - Shohibul Imam, anggota MPR RI dari Fraksi Partai NasDem, menyelenggarakan sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Rumah...

Artikel Terkait