“Dengan pendekatan akademis dan kuantitatif, cerita ini menyajikan gambaran komprehensif serta memperkaya pemahaman tentang konflik agraria,” ujarnya.
Pemutaran film tidak hanya bertujuan memberikan informasi, tetapi juga memicu diskusi.
Selain itu sebagai refleksi tentang isu HAM, penguasaan tanah, dan ketidakadilan sejarah.
Peserta, mahasiswa dan aktivis terlibat dalam dialog pasca pemutaran, menciptakan platform untuk berbagi pandangan dan memupuk persatuan.
Gusdurian Banjar dan PMII sebagai penyelenggara utama, menegaskan pentingnya meningkatkan kesadaran tentang pelanggaran HAM dan mempromosikan keadilan sosial di dalam komunitas.
Presma STAIMA dan DPM STAIMA menunjukkan komitmennya terhadap isu-isu sosial dengan berpartisipasi aktif dan mendukung acara.