Berita Tasikmalaya, galuh.id – Tidak mudah untuk menemukan lebah liar atau disebut juga odeng, karena harus menempuh jarak puluhan kilometer dan harus masuk hutan.
Selain jaraknya yang jauh di dalam hutan, jalur yang ditempuh untuk mendapatkan lebah hutan atau odeng juga sangat terjal.
Seperti yang dilakukan oleh Ujang Dudu (66) bersama muridnya Usud (38) warga Tasikmalaya tepatnya di Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (25/04/2020).
Guru dan murid tersebut mencari lebah hutan atau odeng ke Gunung Pasirangin, Desa Cikalong, Kecamatan Sodonghilir. Pencarian odeng itu dimulai pukul 07.00 WIB.
Menempuh Perjalanan yang Jauh
Mereka berdua selain harus menempuh perjalanan yang jauh, saat mengambilnya juga harus hati-hati. Baru pada pukul 13.00 WIB, kegiatan mereka mencari odeng selesai.
Ujang, warga Tasikmalaya menuturkan, mencari odeng sudah dilakukannya sejak tahun 1969 sampai saat ini. Pengalamannya ‘berburu’ odeng sudah tidak diragukan lagi.
Saat ini Ujang memiliki penerus, yaitu Usud (38), yang dianggapnya sebagai murid. Untuk mencari serta mengambil sarang odeng tidaklah mudah, karena itu Ujang mengajarkan keahliannya itu kepada Usud.
Ujang menerangkan, odeng berbeda dengan lebah atau biasa disebut ‘nyiruan’. Lebah bisa dibudidayakan, berbeda dengan odeng.
Perbedaan nampak pada ukuran odeng yaitu lebih besar dan tidak bisa dibudidayakan, karena hidupnya di hutan dan pada tempat yang terjal.
Odeng juga membuat sarangnya jauh dari pemukiman dan jaraknya puluhan kilometer.
Kesulitan Berburu Madu Odeng
Kesulitan lainnya odeng membuat sarangnya pada pohon-pohon yang berukuran besar dan selalu dikeramatkan oleh masyarakat dan dipercaya ada mahluk gaibnya.
“Makanya saya bersama Usud jika mencari odeng itu tidak sembarangan, selalu berdoa dan memohon kelancaran kepada Allah SWT,” jelas Ujang.
Menurut Ujang, berdoa itu sangat penting, agar apa yang dicari olehnya itu selalu berhasil, tanpa ada kendala yang berarti.
Do’a tersebut juga menurut Ujang sebagai upaya untuk menjauhkan dari gangguan penghuni pohon yang menurut kepercayaan berdiam pada pohon tersebut.
Do’a tersebut dipercaya Ujang, sebagai bekal agar diberikan kemudahan saat memanjat pohon besar, karena jika odeng menyerang, nyawa menjadi taruhannya.
“Bersyukur karena belum pernah disengat oleh banyak odeng, hanya beberapa ekor saja, bahkan sering terjadi tidak satu pun menyengat,” jelasnya.
Meskipun berpengalaman, kata Ujang, disengat odeng itu sangat sakit, bahkan jika tidak biasa akibatnya tidak bisa tidur.
Kemudian, selain sengatan odeng, risiko lainnya yaitu jatuh dari pohon, dan Ujang pernah mengalaminya hingga tangan dan kakinya patah.
“Karena sudah menjadi mata pencaharian dan menjadi sumber pendapatan ini terus ditekuni sampai sekarang,” jelasnya.
Ujang menambahkan, madu dari odeng tercantum pada Al-Qur’an yaitu sebagai obat untuk manusia.
Menurut ujang, khasiat madu odeng akan terjaga jika madu tersebut tanpa ada campuran lainnya, sehingga dirinya mempertahankan keaslian madu tersebut.
Dalam satu sarang jika sedang beruntung, Ujang, warga Tasikmalaya akan mendapatkan madu sebanyak 16 botol dan itu pun musiman.
“Paling banyak dalam satu sarang jika beruntung bisa 16 botol, itu pun musiman yaitu satu tahun dua kali,” jelas Ujang.
Dalam satu tahun, Ujang mengambil sarang odeng hanya 2 kali sesuai musim, yaitu pada bulan 11 dan pada bulan 12.
Jika memaksakan mencari pada bulan lain, Ujang hanya mendapatkan madu setiap sarangnya hanya 2 botol saja, bahkan bisa kurang.
Harga Mahal Karena Dijamin Keasliannya
Harga madu odeng mahal, karena keasliannya dijamin. Sehingga jika ada yang menjual madu odeng dengan harga murah menurutnya patut dipertanyakan, selain sulit adanya pun musiman.
“Harga perbotol besar saya jual Rp. 400 ribu, karena saya jamin keasliannya dan dijual langsung setelah didapatkan,” paparnya.
Ujang menegaskan jika memang madu odeng asli pasti harganya mahal, karena untuk mengambilnya pun butuh perjuangan dan sangat beresiko tinggi.
Bagi Anda yang menginginkan madu odeng asli langsung dari Ujang bisa menghubungi nomor handphone 085223237243. (GaluhID/Ardiansyah)