Seorang penulis harus memiliki keahlian dalam mengelola informasi penting terlebih dulu sebelum disebarkan kepada pembaca.
Hal ini dilakukan supaya pembaca bisa percaya dan menerima bahwa informasi yang dibagikan akurat dan bermanfaat bagi mereka. Maka itulah gunanya penulis mengerti literasi informasi.
Seseorang yang pernah menulis di media cetak, pasti bisa menerapkannya pada tulisan melalui web.
Pada dasarnya prinsip menulis itu sama saja, baik penulis untuk nefia cetak maupun penulis web, keduanya muncul akibat proses sosial dari berbagai ide dan informasi.
Namun, jika ingin menulis di web, menurut Blaksley dan Hoogeveen dalam bukunya yang berjudul ‘Writing a Manual for Digital Age’ ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain :
- Skenario Penulisan untuk Penulisan Web.
- Dapat diakses oleh khalayak.
- Pengembangan ide-ide baru yang ditemui.
- Dapat diakses dari waktu ke waktu.
- Penggabungan komponen multimedia seperti video, audio dan animasi.
- Mempromosikan ide, seseorang, atau sebuah acara.
Setelah mengetahui apa saja yang harus diperhatikan ketika menulis di web, ternyata gaya penulisan juga masih dibedakan lagi menjadi dua, yaitu penulisan melalui web (online) dan cetak.
Apa, sih, bedanya?
- Cetak
- Isi tulisan panjang
- Tidak menggunakan hyperlink dan konten multimedia seperti video, audio, dan animasi.
- Sangat sedikit nenggunakan elemen desain, bahkan nyaris tidak ada.
- Pola pembaca hirarki dan linear, artinya mereka membaca tulisan secara urut.
- Konten sulit diubah ketika sudah dicetak.
- Web (digital)
- Isi tulisan lebih singkat.
- Menggunakan hyperlink dan tambahan multimedia konten seperti audio, video, dan animasi.
- Menggunakan desain yang menarik.
- Pola pembaca non-linear, artinya pembaca bebas ingin mulai dari mana ketika membaca sebuah tulisan.
- Konten bisa diubah dengan cepat (Blaksley dan Hoogeveen, 2011 hal. 357).
