Catatan Away Lampung ‘Meuntas Laut Kawal Kebanggaan’
Jika ada perjalanan tandang yang tak bisa dilupakan para pejuang tandang Suporter PSGC, niscaya perjalanan menyeberangi Selat Sunda 25-26 Agustus 2018 kemarin adalah perjalanan yang tidak akan pernah dilupakan oleh siapapun mereka yang ikut ke Lampung. Termasuk juga kekalahannya yang menyakitkan, iya PSGC Ciamis kalah 4-0 dari Lampung Sakti pada pertandingan putaran kedua Nasional Liga 3 di Stadion Sumpah Pemuda, Lampung (26/8/2018).
Kami para pejuang tandang dari Balad Galuh maupun suporter lainnya tidak pernah hitung-hitungan materi ketika mengawal Kebanggaan. Tidak ada bagi kami omongan, “jauh-jauh nonton ka Lampung, eh eleh. Ka Lampung teh make duit,” atau komentar sejenisnya. Please kami tidak se-karbitan itu. Walaupun iya kami terlalu bangga bisa berteriak di Tribun kandang Tim lain demi mendukung PSGC kebanggaan kami. Maka bertebaranlah poto-poto kami di berbagai platform media sosial.
Terima kasih yang mendalam untuk Teh Ani BPBD-Idoel Clothing yang telah memfasilitasi kami, Balad Galuh yang ingin sekali away meuntas Laut dan paling istimewa untuk Adilla Rahman dari Balad Galuh Tour Company yang telah merelakan ‘dana kehidupannya’ untuk memberangkatkan beberapa Balad yang kesulitan biaya. Saya trenyuh ketika di Stadion Galuh Ciamis beberapa saat sebelum berangkat ke Lampung, Adil memperlihatkan isi dompetnya yang tinggal selembar uang lima puluh ribu.
Saya juga ikut berduka cita atas tragedi Goyang Nasi Padang yang membuat dompet beberapa Balad ‘kebakaran jenggot’. Ternyata makan di Sumatera itu mahal! Dan kami langsung rindu Ciamis kami dimana makan 6.000 rupiah saja sudah kenyang.
Tapi bukan itu yang ingin saya bahas dalam Curhat Editor kali ini. Bagaimana heroiknya Suporter PSGC away meuntas Laut menuju Lampung biarlah poto-poto kami di media sosial yang bercerita banyak. Saya ingin membahas Setiono salah satu peserta away dari Balad Galuh Lakbok, hal ini erat hubungannya dengan kekecewaan kami para suporter terhadap performa tim yang –saya biasanya menghindari kalimat ini, tapi akan saya pakai sekarang– digunduli lawan alias dicukur hebat oleh lawan sore itu tak tanggung-tanggung 4-0 tepat di hari ulang tahunnya, 26 Agustus.
Ayi Daud, asisten pelatih PSGC juga Arip Budiman sang kapten cukup sportif dengan mengakui keunggulan lawan sore itu, yakni Lampung Sakti yang telah melakukan persiapan lebih matang daripada PSGC yang selalu saja tiap konferensi pers atau tiap wawancara dengan pelatih maupun manajemen selalu terselip kalimat, “persiapan mepet, hanya sebulan!” Kalimat yang terasa menyebalkan jika terus-terusan diulang, pada akhirnya kami lelah untuk memakluminya.
Itu pula yang dirasakan oleh Setiono, teman kami yang pada perjalanan kali ini mendapat julukan baru, ‘Si Termos’, Ono, begitu ia biasa dipanggil, ketika away ke Cianjur saat PSGC Ciamis melawan Persikabo Bogor dinobatkan sebagai ‘Capo Tembak’ setelah aksinya ketika menjadi dirijen para suporter berhasil membangkitkan semangat kami untuk bernyanyi tak kalah keras dengan UPCS (Ultras Persikabo) yang tentu saja jumlahnya lebih banyak dan ada di Tribun sebelah kami.
Ono berasal dari perbatasan Ciamis yang sedang bergolak akhir-akhir ini karena merasa ‘dianaktirikan’ oleh Pemkab Ciamis. Kadang-kadang saja Ono bilang, “Lakbok juga Ciamis”, tetapi kecintaan pada PSGC Ciamis tak membuatnya serta merta ingin lepas dari Kabupaten tempatnya dilahirkan ini. Ketika sedang merantau di Jabodetabek, Ono pernah pulang ke Ciamis khusus untuk menonton PSGC Ciamis sebelum akhirnya sehabis pertandingan kembali ke perantauannya di Jakarta. Hal yang sama sering dilakukan oleh anak-anak Balad Galuh Jabodetabek. Mereka pulang ke Ciamis, tidak pulang ke rumah, tapi pulang ke Stadion, inilah yang mereka sebut, “home rasa away” atau “tanding kandang rasa tandang”.
Dibalik semua itu, Ono sadar betul jika dia keluar kota untuk mendukung PSGC, baginya perjalanan itu bukan sekedar pariwisata atau piknik. Jadi ketika timnya kalah, Ono tidak akan hitung-hitungan biaya yang dia keluarkan, dia akan menangis! Hal yang tidak akan pernah dimengerti oleh siapapun mereka yang mendukung PSGC ketika ia berjaya atau ketika ada si dia- You Know Who? Ehmmm.
Coach PSGC Ciamis, Heri Rafni Kotari secara khusus menemui kami seusai pertandingan. Dengan sabar Coach menjelaskan posisi klub yang tidak memiliki target muluk-muluk. Di sanalah kami tahu kecurigaan kami tentang Klub yang sekedar bertahan saja di Liga 3 itu, ternyata benar adanya. Coach menjanjikan sekitar setahun dua tahun untuk naik kasta kembali. Hal mana membuat Ono dengan emosional diiringi air mata bertanya, “kenapa harus menunggu satu atau dua tahun? Kenapa tidak bisa tahun ini naik kasta?”
Pak Erwan Darmawan, salah satu official PSGC kembali menjelaskan posisi klub. Lagi-lagi tentang persiapan yang mepet, hal mana sebenarnya membuat saya ingin juga merepet: mepet apanya bukannya tiap minggu selalu ada Tur Tatar Galuh?–Suatu repetan yang sangat bodoh tentu saja, karena siapapun tahu tujuan tur keliling kecamatan itu, sangat tahu dan maklum.
Saya ingat wawancara saya dengan Manajer PSGC di depan Stadion Satria, ketika PSGC kalah dari Persibas Banyumas dan membuat PSGC tersingkir lebih awal dari gelaran Piala Indonesia 2018. Si Akang berjanji akan merombak pemain, bongkar pasang pemain, Ia bilang kurang lebih: tidak apa-apa sekarang kalah, tapi Liga 3 tim akan habis-habisan.
Tetapi, bongkar pasang pemain ternyata tidak semudah itu. Dijelaskan oleh Pak Erwan jika tiap Kabupaten di Jawa Barat mengikuti Liga 3 tingkat provinsi sehingga tidak banyak pilihan pemain untuk ‘dibeli’. Lagi-lagi regulasi Liga 3 membatasi selain usia pemain juga tidak boleh pemain dari Liga 1 atau Liga 2, harus pemain yang selevel sama-sama dari Liga 3.
Tadinya tim berharap banyak pada pemain junior yang ada, tetapi seperti inilah tim PSGC sekarang: kalah dari Persibas Banyumas, klub yang saat bertanding dengan PSGC sedang mencari manajer. Klub yang sering dikalahkan PSGC itu melaju ke babak selanjutnya Piala Indonesia, sementara PSGC harus mundur lebih awal. PSGC juga ditahan imbang Lampung Sakti di kandang sendiri, saya menulis “Lampung ternyata tidak Sakti” selain untuk menghibur diri, saya pikir saat itu saya sedang memanipulasi otak saya dengan harapan palsu.
Di Mako Brimob kandang Bogor FC, PSGC kembali harus menelan kekalahan, hanya satu kali kemenangan bisa diraih, yaitu saat melawan Persikabo Bogor di Stadion Badak Putih, Cianjur. Saya bahkan sempat menulis prediksi sok tahu saya jika PSGC akan berakhir di peringkat tiga, dan harus mati-matian di babak play off untuk bertahan di Liga 3. Realistis tapi itu menyakitkan untuk kami.
Pak Erwan secara khusus meminta kami untuk tidak menghujat tim. Kami pun sadar jika hujatan tidak akan berarti apa-apa. Berteriak ke telinga pemain memakai toa pun, PSGC tidak meningkat permainannya. Mental pemain memang belum sekuat mereka yang telah digembleng di berbagai kompetisi.
Saya ingat bagaimana Ganjaw-panggilan kesayangan untuk Ganjar Kurniawan- jerseynya selalu tampak paling kotor setiap bermain, pun juga tangisannya di Madiun ketika PSGC kalah dari Perserang di babak play off dan harus degradasi ke Liga 3. Termasuk bagaimana Ghoni Yanuar-Kiper PSGC saat itu menangis di rumput hijau Stadion Galuh Ciamis saat PSGC harus menghadapi babak play off jika tak ingin degradasi. Demi apapun saya berjanji tidak akan pernah menghujat pemain, seburuk apapun Yogi sang kiper PSGC di Liga 3 -yang selalu blunder itu- bermain.
Ketika berpapasan dengan Arip Budiman seusai Salat Magrib di salah satu mesjid di Bandar Lampung sebelum kembali ke Ciamis, Abu -demikian Ia biasa dipanggil- meminta maaf, “jauh-jauh ke Lampung, malah kalah, hapunten nyak,” Ade saya spontan menjawab, “slow Aa, slow!”
Begitulah saya selalu bilang pada teman-teman saya di Wanoja Galuh, kita bisa berteriak ‘wasit goblog’ di Stadion atau meng-anjing-anjingkan wasit, tapi jangan sekali-kali mencaci pemain. Mereka, para pemain itu adalah Kesayangan kami yang akan selalu kami dukung saat menang maupun kalah.
Jadi saya bersama Ono dan segenap suporter akan setia menunggu saat-saat itu, saat PSGC kembali naik kasta, hingga ke Liga 1. Away kemarin ke Lampung, kami anggap sedang ‘ngalalanyahan’ membiasakan diri away keliling Indonesia mendukung PSGC Ciamis suatu saat ketika PSGC bermain di Liga 1. Kami tidak tahu kapan, tapi kami yakin itu akan terjadi. Kami tidak akan menyerah menunggu. PSGC sekarang kalah? Sabar, ini semua ujian!
Mari bertahan mendukung PSGC, mengutip kalimat Pak Erwan, bertahan mendukung PSGC bukan karena jabatan, bukan karena politik, bukan pula karena uang. Jangan tanya kenapa, karena cinta sejati itu ada tanpa harus ada alasan.
Selamat berjuang dan selamat ulang tahun, Kebanggaan kami: PSGC Ciamis.***
Kanal Curhat Editor adalah arena menulis editor Galuh ID, K. Putu Latief untuk mencurahkan segala uneg-unegnya tentang PSGC dan Ciamis. Editor yang akrab dipanggil Ndu ini juga dikenal sebagai pegiat Wanoja Galuh. Anda mau curhat juga? Galuh ID menyediakan Kanal Saur Anjeun, silakan kirim tulisan Anda ke email [email protected] atau jika web Galuh ID sedang maintenance tulisan bisa dikirim langsung ke WA 085320993883.