Kamis, November 21, 2024

Thomas Alva Edison, Fisikawan yang Tidak Tamat SD

Baca Juga

Belum lama ia bekerja, pada tahun 1861 perang saudara antara negara-negara bagian utara dan selatan pecah. Bukannya merana dan mengeluh, Edison justru melihat perang ini sebagai peluang karena topik ini menjadi perhatian orang-orang.

Thomas Alva Edison pun lekas membeli sebuah alat cetak tua seharga 12 dollar untuk mencetak korannya sendiri yang diberi nama “Weekly Herald”. Koran ini lumayan laku terjual. Oplahnya mencapai 400 sehari.

Naas, ia kehilangan sebelah pendengarannya karena berdiri terlalu dekat dengan klakson kereta api ketika menjual permen dan korannya.

Lagi-lagi, Edison menyikapi kejadian ini dengan positif. Ia justru merasa “beruntung” karena tidak perlu banyak mendengar omong kosong dan propaganda dari kaum kapitalis termasuk pemerintah.

Tahun 1868, Edison cukup beruntung bisa bekerja sebagai operator telegraf di Boston. Seluruh waktu luangnya dihabiskan untuk melakukan percobaan-percobaan teknik. Tahun ini pula ia menemukan sistem interkom elektrik.

Pada tahun 1877, Edison mulai menyibukkan diri dengan penelitiannya. Saat itu banyak peneliti yang mencurahkan waktunya pada lampu pijar.

Penelitian Thomas Alva Edison

Penelitian Edison berkutat pada arus listrik searah (DC), yakni arus listrik yang memiliki nilai dan arah konstan dalam perambatannya.

Arus yang sering disebut juga dengan arus lemah ini memiliki bentuk setengah gelombang saja, gelombang atas maupun bawah.

Berdasarkan pernyataan tersebut, Edison menyadari bahwa arus listrik searah (DC) ini hanya membutuhkan arus lemah untuk menyuplai daya perangkatnya.

- Advertisement -
- Advertisement -
 
 
Berita Terbaru

Erick Thohir Ungkap Potensi Emil Audero Gabung ke Timnas Indonesia

olahraga, galuh.id- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan tanggapan mengenai potensi penjaga gawang Como 1907, Emil Audero, bergabung dengan...

Artikel Terkait