We’ve got Abu, Arip Budiman, I just don’t think you understand, his number twenty one…
Penulis: Triana Megandara
Chant adopsian dari lagu Don’t Take Me Home ala-ala suporter Liga Inggris di atas, akhir-akhir ini sering kita dengar di telinga ketika PSGC bertanding.
Arip Budiman, sosok pemain bola yang begitu sopan, sosok pemain yang mungkin bisa jadi acuan untuk para pemain muda Ciamis, 8 tahun berseragam PSGC seirama dengan perjalanan suporter Balad Galuh yang tahun ini akan menginjak sewindu, Abu -demikian ia biasa dipanggil- menjadi bagian perjalanan dalam sebuah klub sepak bola bernama PSGC Ciamis.
Jika ada yang bertanya siapa pemain yang merasakan pahit manis perjalanan PSGC di Liga Indonesia sejak 2010 sampai hari ini? Pasti kita sepakat menjawab: Abu!
Di balik absurdnya federasi ini, saya masih ingat kita bersorak penuh suka cita di Lebak Bulus memastikan satu tempat promosi Divisi Utama saat itu, saya lebih tepatnya kami pernah merasakan bagaimana sakitnya ketika kita terjatuh degradasi ke Liga 3 di Madiun dan Ngawi.
Kami pernah balaga di Piala Presiden tanpa malu sedikitpun karena sanggup mengimbangi permainan klub besar Indonesia di Malang. Kita hampir lolos Ke ISL/Liga 1 jika saja kita menang adu finalti di Sidoarjo dan dia, seorang Abu sampai saat ini masih bertahan di Klub Kabupaten dan selalu menjadi bagian dari tim.
Inkonsisten Itu Bernama Kapten
Ada satu musim di mana saya melihat sosok Abu sedang enak-enaknya ditonton, teknik skill dengan kemampuan lumpat yang mumpuni dan mungkin itu masa kehebatan Abu, saya sempat berucap, “Abu kunaon teu jadi kapten?” Sambil tertawa dia bilang, “beurat euy, can waktuna.”
Saya mengerti akan keadaan saat itu, dimana rekan-rekan suporter menganggap Abu harus jadi kapten tim karena dia sosok ‘local hero’, dia ‘local pride’ bagi para suporter.
Inkonsisten permainan Abu adalah ketika dia mengemban beban kapten, musim pertama menjadi kapten, Abu tidak bisa mempertontonkan liukan aduhai dibarengi ngabret lumpat yang dia punya, ada apa dengan Abu? Strategi pelatih atau umur?
Tidak, saya yakin inkonsisten itu terjadi karena pikiran belum sinkron antara fokus permainan dan kewajiban memimpin, membela rekan tim jika ada yang ‘gelut’, selain juga protes kepada wasit jika wasit ‘malaweung’.
Semua pemain pasti pernah merasakan fase ‘butut’ yang imbasnya menuai caci maki kritikan ‘tarik’ dari suporter. Ya, tugas suporter selain mendukung klub pakai hati secara ‘belegug’ mereka harus jadi penyeimbang, teriaklah ‘butut’ jika memang jelek, beri apresiasi jika memang pemain itu bagus, bagi kami itu hal wajar di kalangan suporter.
Ada rekan saya ketua se-umur hidup Distrik Baregbeg, ‘cees’ kami itu orang terdepan teriak ‘tarik’ baik saat home maupun away, dengan bahasa yang antik penuh dengan kearifan lokal yang ‘tarik’. Tapi tidak untuk Abu, Abu pernah main jelek, tapi ‘cees’ kami hanya menggerutu, “ai si Abu kunaon nyak? Hih!”
Sampai pernah kejadian waktu away Purbalingga, official tim nyamperin dengan bilang “Trink, ulah ‘tarik’ teuing eta barudak!” Masa bodoh dengan hal itu, seandainya kami tidak melakukan hal ‘kebelegugan’ dengan teriakan “Heh, sing bener maenna, Blog!” PSGC tidak akan menang di sana.
Arip Budiman si penjaga hati yang tidak akan pergi mesti banyak pinta untuk melepaskan setia, memiliki target mimpi membawa PSGC promosi Liga 1, mimpi yang sama bagi para pecinta PSGC. Segala penantian yang akan terjawab pada waktunya. Percayalah!
Abu tetaplah Abu yang tidak mungkin menjadi Shevcenko. Tetapi Abu akan tetap menjadi ‘local hero, local pride’ bagi kita semua suporter PSGC. Abu akan menjadi legenda di tanah Galuh tempat dia hidup berkembang tumbuh, yang fana Itu ilusi, tapi Abu tetap orang Ciamis.
*Tulisan ini dibuat dalam kegalauan akan bertambahnya umur serta lagu ‘Dariku untukmu’ – Glory of Love
“Kemanapun ku kan selalu menunggumu.
Sampaikapanpunkukanselaludi sini.
Bersama kita hadapi dunia, gapai mimpi kita berdua untuk selamanya.
Ciamis, 4 Februari 2019, 00:30 WIB.
* Penulis merupakan salah satu pemerhati Arip Budiman, bisa ditemui di berbagai media sosial bernama trianamegandara/ akuntrink dengan segala kekhilafan di dalamnya.