Sabtu, Oktober 5, 2024

Dari Tagar Nurdin Turun Sampai Edy Out: Bersihin Sepak Bola Indonesia Pahalanya Surga

Baca Juga

Galuh.id – Tagar Edy Out dan Mundurnya Edy Rahmayadi sebagai Ketua PSSI mengembalikan ingatan saya pada tahun 2010. Hal yang persis sama terjadi kala itu. Nurdin Halid yang diangkat menjadi Ketua PSSI sejak tahun 2003 tanpa menorehkan prestasi apapun itu didemo untuk lengser. Banyak keputusan kontroversial yang dibuatnya. Mulai dari menjalankan federasi sepak bola dari balik jeruji penjara, memberi ide naturalisasi pemain asing, hingga penambahan kuota tim yang masuk Liga Indonesia yang mengakibatkan hampir tidak ada tim yang terdegradasi.

Selain itu, Nurdin Halid tercatat terlibat beberapa kasus, sebut saja kasus korupsi pengadaan Minyak Goreng, kasus penyelundupan gula pasir impor illegal hingga terlibat kasus kepabeanan beras impor dari Vietnam. Pada Agustus 2017 Nurdin dijebloskan ke penjara karena kasus korupsi pengadaan Minyak Goreng. Tapi, Nurdin enggan untuk mundur dari kedudukannya sebagai ketua PSSI. Coba bayangkan seorang koruptor dari balik jeruji penjara memimpin federasi sepak bola di negeri bodoh yang sangat kamu cintai ini? Nggak ada orang lain lagi apa?

Saya punya ‘dendam’ sendiri pada Nurdin Halid. Dendam tersebut berawal dari gagalnya Timnas Indonesia menjadi juara pada piala AFF tahun 2010. Kekalahan timnas dari Malaysia yang cukup menyakitkan saat itu membuat saya ‘nemblehkeun’ kesalahan pada salah satunya Nurdian Halid. Saat itu saya ikut menaikkan tagar #NurdinTurun di berbagai platform Media Sosial. Sementara memang cuma itu yang saya bisa: melawan memakai hastag alias tagar, iya saya memang keyboard warrior saat itu.

Berbagai makian saya tulis di twitter dan facebook. Apapun status saya saat itu tagarnya sudah pasti #NurdinTurun. Tiada hari yang saya lewatkan tanpa status dengan tagar #NurdinTurun, bukan cuma satu status atau satu tweet tapi saya menulis semua kekesalan dan protes saya hampir tiap saya ingat dengan Nurdin Halid. Iya, saya se-pengangguran itu saat itu. Ha ha.

Saya juga membaca tulisan Zen RS tentang Nurdin, salah satunya Zen mengutip perkataan Soe Hok Gie, katanya, “mereka generasi tua…semuanya pemimpin-pemimpin yang harus ditembak mati di lapangan banteng”. Karena kebencian saya, saat itu saya pikir karena kebencian saya, Nurdin Halid masuk kategori yang disebut Gie sebagai generasi tua yang pantas untuk ditembak mati di Lapangan Banteng.

Karena kebencian membabi buta pada Nurdin Halid tersebut, saya lupa satu hal, jika Nurdin turun, lalu apa? Siapa penggantinya? Mampukah pengganti Nurdin membawa sepak bola Indonesia ke arah lebih baik? Saya seperti Anda sekarang yang berkoar-koar di media social dengan tagar #EdyOut, pokoknya Nurdin turun dulu, pokoknya Edy mundur dulu, kadituna kumaha mah…nanti saja lah dipikir keri Mas!

Nurdin benar-benar turun pada April 2011 karena masa jabatannya berakhir dan dia tidak lagi mencalonkan diri, saya puas. Lalu pikiran saya teralihkan dengan hal lain, saat itu Pilpres 2014. saya lupa dengan sepak bola Indonesia setelah Nurdin turun.

Perhatian saya kembali ketika beberapa tahun ke belakang saya mengenal PSGC Ciamis. Saya tipe orang jika menyukai sesuatu maka saya akan mencari tahu segala hal tentang kesukaan saya. Saya senang mendengar cerita-cerita kejayaan PSGC, mengenal para pemain tanpa terlalu dekat dengan mereka, hingga akhirnya karena kembali teralihkan pada sepak bola mau tak mau kemunculan Lord Edy menarik perhatian saya.

Segala komentar Lord Edy yang lucu tapi memalukan itu, mulai dari ‘apa hak Anda menanyakan hal itu?’ hingga “timnas baik jika wartawannya baik” menerbitkan tawa sumbang para suporter. Belum lagi rangkap jabatan yang dia punya mulai dari Gubernur Sumatera Utara, Pembina PSMS Medan dan tentu saja Ketua PSSI. Saya, kamu juga kan pasti muak.

Kasus Mafia Sepak Bola yang muncul akhir-akhir ini membuat nama-nama lain muncul sebagai biang dari miskinnya prestasi sepak bola Indonesia. Lord Edy tiba-tiba tak lagi menjadi satu-satunya public enemy suporter sepak bola Indonesia. Ada Vigit Waluyo, Mbah Putih, sampai Joko Driyono. Lalu Edy Out benar-benar terjadi, Edy Rahmayadi sang Jenderal itu mundur pada kongres PSSI di Nusa Bali, 20 Januari 2019. Joko Driyono sebagai wakil, maju menggantikan Lord Edy.

Kali ini berbeda saat tagar Nurdin Turun, mereka yang menaikkan tagar Edy Out banyak yang malah menjadi pesimis, jika Edy mundur, tapi penggantinya Jokdri…ya sepak bola Indonesia tetap wassalam. Saya dan saya yakin juga kamu termasuk orang yang ngenes ketika melihat sepak bola tetangga sedang maju-majunya, Timnas Vietnam masuk 8 besar di Piala Asia 2019, begitu pun Timnas Thailand yang sedang cantik-cantiknya. Sementara kita masih ribut masalah ketua federasi sepak bola di negeri ini, negara lain sudah menancapkan kukunya di tingkat Asia. Sedih hamba!

Satu hal saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Lord Edy saat mengundurkan diri, katanya, “terlalu berat urus sepak bola, saya mundur, titip PSSI jangan hianati, siapa yang bisa membereskan PSSI pahala yang pantas hanya surga”. Lord Edy kali ini benar, saking ruwetnya sepak bola Indonesia, maka siapapun yang meluangkan waktu untuk bersih-bersih PSSI dan membawa sepak bola Indonesia ke prestasi lebih tinggi maka tidak ada balasan yang pantas untuknya selain surga. (K. Putu Latief)

Ndu Corner, dulu Kanal Curhat Editor, merupakan Pojokan tempat K. Putu Latief, editor Galuh ID curhat tentang sepak bola, Ciamis, PSGC atau apapun yang sedang mengganggu pikirannya. Baca Tulisan Lainnya di Ndu Corner.

- Advertisement -

Tinggalkan Balasan

- Advertisement -
 
 
Berita Terbaru

Klaim Pemain Malaysia Ngaku Punya Darah Indonesia, Ingin Dinaturalisasi?

Olahraga, Galuh.id - Seiring dengan ramainya naturalisasi dalam tubuh Timnas Indonesia, kini muncul soal klaim pemain Malaysia ngaku punya...

Artikel Terkait