Sabtu, April 20, 2024

Penerapan Herd Immunity di Indonesia, Mungkinkah?

Baca Juga
- Advertisement -

Herd Immunity mulai dikenal masyarakat pada saat ini, ketika pandemi Corona semakin sulit untuk dihadapi. Banyak beredar rumor penerapan herd immunity akan dilakukan di Indonesia, namun banyak pihak yang menolak. Sebagian menganggap cara ini dinilai tidak efektif untuk mencegah penyebaran Virus Corona.

World Health Organization (WHO) sendiri mengecam keras penerapan herd immunity. Saat ini tenaga medis sudah kewalahan menangani lonjakan pasien corona. Jika herd immunity diterapkan, maka akan semakin banyak kasus yang tidak tertangani.

Penerapan Herd Immunity di Indonesia

Herd immunity adalah kondisi ketika populasi manusia dikelompokkan menjadi kebal terhadap virus atau penyakit tertentu. Namun, ada syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan herd immunity. Yaitu 70% penduduk negara tersebut harus terinfeksi terlebih dahulu.

- Advertisement -

Semisal Indonesia yang memiliki penduduk 270 juta penduduk maka sekurang-kurangnya harus ada 189 juta orang yang terinfeksi dan diperkirakan 1 juta orang akan mengalami kematian.

Dampak Penerapan Herd Immunity

Dampaknya tentu jumlah kasus orang yang terinfeksi akan meningkat secara drastis dan angka kematian yang sangat besar.

Penerapan herd immunity cenderung bertolak belakang pada protokol kesehatan dan juga PSBB atau lockdown akan ditiadakan. Kemungkinan akan terjadi lonjakan kasus terinfeksi virus seperti yang telah dialami Indonesia pada tanggal 23 Mei 2020 lalu.

Hampir 1000 kasus baru terjadi pada hari itu, karena masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan tentang menghindari kerumunan. Seperti kita tahu bahwa 23 Mei itu bertepatan malam sebelum Idul Fitri banyak orang mengunjungi mall atau toko.

Jika herd immunity diterapkan maka hal semacam itu adalah hal lumrah. Karena mereka yang kebal terhadap virus akan tetap bertahan hidup. Sedangkan mereka yang lemah terhadap virus akan meninggal.

Studi Herd Immunity yang dilakukan Ilmuwan Swedia

Swedia tidak memberlakukan PSBB atau lockdown seperti negara Eropa lainnya semisal Italia, Spanyol, dan Inggris. Karena itu Swedia menjadi negara dengan kasus kematian Corona tertinggi.

Dilansir dari Reuters, para ilmuwan mulai melakukan studi melibatkan 1.100 tes di Stockholm oleh badan kesehatan masyarakat Swedia. Hasilnya hanya 7,3 persen orang di Stockholm yang mengembangkan antibodi, artinya hanya sekitar 80 orang saja.

Tom Britton, salah satu pengembang studi ini mengatakan, “Perhitungan yang dibuat oleh agensi dan saya bisa saja salah. Namun jika demikian adanya, kesalahan itu mengejutkan,” katanya kepada surat kabar Swedia, Dagens Nyheter, seperti dilaporkan The Guardian.

Pemerintah Swedia memiliki target untuk melakukan 100.000 tes setiap minggu dan fokus mereka kepada para petugas kesehatan dan orang-orang yang dirawat di rumah sakit.

Selain menargetkan kekebalan kelompok, pemerintah Swedia juga berniat memperlambat penyebaran virus untuk memastikan kapasitas layanan kesehatannya baik-baik saja. Anak-anak tetap bersekolah seperti biasa. Kegiatan ekonomi pun tetap berjalan seperti biasa.

Artinya, Swedia memiliki cara yang lain dalam menghadapi pandemi Corona. Mereka lebih fokus ke layanan masyarakat terutama rumah sakit dengan konsekuensi banyak kasus baru serta orang yang meninggal karena Corona.

Jika cara ini berhasil maka Swedia akan memiliki orang-orang yang kuat terhadap virus sehingga mereka bisa hidup berdampingan dengan Corona.

Herd Immunity di Indonesia

WHO tetap menyarankan vaksin lebih baik ketimbang herd immunity. Alasannya, karena orang-orang dengan sistem imunitas rendah seperti lansia, bayi, ibu hamil dan orang dengan penyakit bawaan perlu dilindungi.

Adapun penyakit bawaan yang berisiko tinggi terkena Corona adalah penyakit paru-paru, darah tinggi, jantung, dan diabetes. Alasan dari sisi kemanusiaan perlu dipertimbangkan sebelum menerapkan herd immunity.

Herd immunity merupakan salah satu strategi penanganan Corona, namun sifatnya seperti hukum rimba yang mengeliminasi orang-orang lemah secara fisik. Apabila warga Indonesia tidak menerapkan herd immunity, setiap kegiatan dapat berjalan seperti biasa mengikuti prosedur kesehatan.

Selain itu juga terapkan pola hidup bersih dan sehat. Namun jika masyarakat ingin menerapkan herd immunity, tak ada salahnya menjalankan kembali roda perekonomian dengan mengantisipasi kemungkinan terinfeksi Corona. (GaluhID/Elsa)

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -
 
 
Berita Terbaru

Cuaca Ekstrim, Rumah di Baregbeg Ciamis Ambruk

Berita Ciamis, galuh.id - Cuaca ekstrim, sebuah rumah ambruk akibat hujan deras di Dusun Nanggewer, Desa Jelat, Kecamatan Baregbeg,...

Artikel Terkait