Ciamis, galuh.id – Bala-bala komar dikenal sebagai salah satu kuliner Ciamis yang menjual dagangannya serba kecil, mulai bala-bala, gehu, gorengan tempe dan bahkan nasinya pun disajikam dalam bungkusan kecil.
Bala-bala komar ini sudah ada sejak tahun 1975, berlokasi di jalan Jendral Sudirman, Kabupaten Ciamis. Bala-bala Komar seringkali berpindah tempat, lantaran tidak punya tempat sendiri. Namun, pelanggannya selalu mengikuti kemana Kuliner Ciamis ini pindah.
Bala-bala Komar kini dikelola oleh generasi kedua, anak Komar yang bernama Ade Oman (47) beserta istrinya meneruskan usaha orang tuanya yang kini sudah berusia lanjut.
Setiap malam, kecuali hari Senin, Ade Oman membuka lapaknya mulai pukul 17.00 WIB sampai pukul 02.00 WIB dini hari.
Ade mengaku telah mengelola Bala-bala Komar sejak tahun 2004. Orang tuanya sudah berumur 85 tahun, tidak lagi bisa beraktifitas terlalu berat. Karena itu Ade kini yang melayani pelanggan Bala-bala Komar setiap malam.
“Saya memang sejak kecil sudah ikut membantu bapak, setelah bapak merasa cape dan ingin beristirahat, nah dari situ saya tahun 2004 mengelola barengan dengan istri, bapak saat ini setiap hari di rumah saja beristirahat,” tuturnya.
Ade mengatakan dulu usaha yang dirintis ayahnya itu belum dikenal sebagai Bala-bala Komar seperti sekarang, namun sering disebut Comro Komar oleh para pembelinya saat itu.
“Dulu terkenalnya Combro Komar, namun ketika bahan singkongnya mahal dan jarang, sehingga tidak diproduksi lagi, sekarang konsennya ke bala-bala dan yang lainnya,” ucapnya.
Ade menuturkan, harga bala-bala, gorengan tempe dan gehu yang dijual di Bala-bala Komar per buah hanya 100 rupiah.
“Bala-bala, gehu dan gorangan tempe saya jual dengan harga 100 perak yang ukurannya memang kecil, sebesar kelereng, menurut cerita bapak saya dulu pada saat mulai membuka harga, bala-bala hanya dijual 5 perak,” ceritanya.
Menurutnya, dalam sehari dirinya bisa menghabiskan bahan adonan untuk bala-bala sekitar 28 Kg per hari, gorengan tempe dan gehu 8 Kg adonan per hari. Ade mengaku Omzet per hari dari dagang ini bisa sampai jutaan rupiah.
“Saya sangat bersukur bisa diberi kelancaran dalam usaha ini, sehingga saya bisa menabung untuk memiliki tempat dagang milik sendiri, mengingat sampai saat ini masih ngontrak,” paparnya.
Bukan hanya bala-bala, gehu dan gorengan tempe saja yang dijual, namun Ade juga menyediakan berbagai macam makanan seperti daging ayam, pepes, piritan, sate ati ayam, sate usus dan sate ampela ayam dan yang menjadi favorit para pelanggan adalah petai.
“Selain menyediakan bala-bala, gehu dan gorengan tempe, saya pun menyediakan berbagai macam makanan yang lainnya seperti daging ayam, sate ati dan ampela, dan menyediakan petai yang paling disukai para pelanggan karena katanya suka menambah napsu makan,” katanya.
Ade menerangkan, pelanggannya berasal dari berbagai daerah yaitu dari Tasikmalaya, Banjar, dan Pangandaran yang sengaja datang ingin makan sore atau malam.
“Kebanyakan yang membeli ke sini waktu malam hari, karena banyak yang begadang sehingga cepat lapar, lalu suka datang ke sini,” ucapnya. (galuh.id/Arul)