Selasa, Maret 19, 2024

Mimbar Mahasiswa: ‘Penghianatan Kaum Intelektual’

Baca Juga
- Advertisement -

Pergerakan seorang mahasiswa adalah bentuk tanggung jawab dan amanah sebagai perwakilan pemuda yang berpendidikan.

Etika, moral, intelektualitas dan kebebasan berpendapat adalah satu kesatuan yang melambangkan pergerakan mahasiswa berdasarkan pada independensi.

Ditengah-tengah kondisi degradasi kemerdekaan kehidupan, merupakan momentum bagi mahasiswa untuk kembali memanggil ingatan-ingatan.

- Advertisement -

Kesungguhan Mahasiswa

Terutama mengenai kesungguhan mahasiswa sebagai agen of change dan control social. Diam ditindas atau bangkit melawan?
Diam adalah sebuah penghianatan!

Diam yang merupakan bentuk penghianatan ialah diam dan mundur dengan tujuan berhenti untuk berproses.

Berhenti untuk meneruskan estafet perjuangan. Berhenti karena merasakan lelahnya sebuah perjuangan.

Mundur karena lelah dan takut merupakan gambaran bahwa pergerakan mahasiswa ternodai oleh spirit pragmatis bertopeng idealis.

Karena tidak memikirkan konsekuensi sebelum melangkah. Lalu pada akhirnya menghasilkan gerakan-gerakan musiman.

Diam dan mundur merupakan bentuk penghianatan adalah kejadian klasik bagi seorang aktivis yang ingin menuntaskan permasalahan.

Namun ada persoalan dalam tindakannya tersebut, karena tidak didasari niat yang ikhlas.

Dalam kajian keilmuan Islam hal tersebut tergolong dosa besar yang tidak disukai Allah SWT. Kenapa bisa begitu? Karena sejatinya “Diam dan Mundur adalah sebuah penghianatan”.

Hal tersebut merupakan penerapan dari makna yang terkandung dalam ayat Al Qur’an.

Lebih tepatnya adalah surat Al Anfal ayat 15 – 18 yang berbunyi:

‎يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوهُمُ الْأَدْبَارَ۝ وَمَنْ يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَىٰ فِئَةٍ فَقَدْ بَاءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ‪ ‬ ۝ فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ۝ ذَٰلِكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ مُوهِنُ كَيْدِ الْكَافِرِينَ ۝

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu. Maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).

Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu. Kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain.

Maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka.

Akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka).

Dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Itulah (karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu). Sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir.” (Q.S Al Anfal 15-18).

Ayat tersebut menegaskan bahwa ketika seseorang mu’min apabila dirinya sedang diserang oleh orang-orang kafir. Maka tidak diperkenankan baginya untuk mundur dan melemahkan harga diri dan martabat islam.

Ketika sudah masuk ke dalam medan perang, haram bagi seorang mujahid (orang yang berperang) untuk mundur. Membelakangi musuh kecuali untuk mencari bantuan dan menyusun strategi.

Mundur Dari Medan Perang Merupakan Dosa Besar

Dalam kitab Tafsir Ayatul Ahkam, karangan Syaikh Muhammad Ali As Shobuni dijelaskan bahwa mundur dan meninggalkan medan perang bagi seorang mujahid merupakan dosa besar.

Karena hal tersebut dapat menggoyahkan semangat dan tekad prajurit lainnya yang dapat menjadi sebab kekalahan umat islam.

Mundur dari medan perang diperbolehkan asalkan dalam keadaan darurat yang telah ditentukan.

Dalam ayat tersebut juga dipaparkan bahwa kemenangan orang-orang muslim atas orang-orang kafir merupakan bentuk pertolongan dari Allah SWT.

Selain itu, Allah juga telah melemahkan orang-orang kafir dihadapan orang-orang mu’min.

Ayat tersebut memiliki korelasi yang cukup erat. Jika dikaitkan dengan kata-kata “Diam dan Mundur ialah sebuah bentuk penghianatan”.

Implementasi ayat tersebut dalam dunia organisasi dapat diambil makna bahwa mundur dan memutuskan berhenti dari proses merupakan suatu penghianatan yang juga bernilai dosa besar.

Kreatif dan Aspiratif

Melihat kondisi Objektif ke-Organisasi-an Mahasiswa dikampus Universitas Galuh saat ini, pada hakikatnya mereka diamanahkan bukan hanya untuk kreatif. Melainkan juga harus aspiratif.

Menjadi keliru ketika acuh terhadap kondisi pandemi yang sudah menjadi persoalan multidimensional. Karena sangat jelas ini sangat berdampak kepada mahasiswa dalam bab anggaran.

Adapun faktanya diambil dari Quisioner yang di fasilitasi oleh DPM Universitas Galuh. Ternyata banyak sekali mahasiswa yang mengeluh dalam persoalan Anggaran yang tidak rasional dalam kondisi pandemi.

Banyak mahasiswa yang tidak bisa melanjutkan perkuliahan karena terkendala biaya. Atau mampu melanjutkan perkuliahan tapi terpaksa harus meminjam uang.

Serta memaksakan dengan cara menambah beban lain agar bisa mengikuti perkuliahan. Sayangnya mereka belum mendapatkan perhatian lebih dari pihak kampus.

Maka menurut saya inilah saatnya wakil mahasiswa yang berkiprah diorganisasi intra ataupun ekstra kampus untuk kembali kepada khittah.

Agar mampu mewujudkan keadilan bagi mahasiswa dan menghidupkan demokrasi kampus. Dalam konteks memberikan hak mahasiswa secara utuh dan transparan.

Meskipun perubahan kegiatan belajar online dilaksanakan menyesuaikan keadaan karena antisipasi penyebaran wabah covid-19. Namun prinsip keadilan harus tetap dihadirkan dalam aspek pendidikan.

Kalau bukan kita yang menjadi control of justice, lalu mau siapa lagi?

Saya harap para Aktivis diorganisasi intra ataupun ekstra dikampus Unigal agar lebih peka terhadap kondisi seperti ini. Jangan hanya mementingkan diri sendiri.

Yakinkan dengan Iman
Usahakan dengan Ilmu
Sampaikan dengan Amal.

Penulis: Ary Mustamiin Muadz
Mahasiswa Universitas Galuh Semester 5, FISIP (Prodi Ilmu Pemerintahan). Aktif di HMI Ciamis.

- Advertisement -
- Advertisement -
 
 
Berita Terbaru

Pemdes Jajawar Kota Banjar Tingkatkan Iman dan Taqwa Melalui Giat Mengaji

Berita Banjar, galuh.id - Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, Pemerintah Desa (Pemdes) Jajawar Kota Banjar, Jawa Barat, melaksanakan kegiatan...

Artikel Terkait