Untuk membuat Noken sendiri cukup rumit karena menggunakan cara manual atau tidak menggunakan mesin.
Pertama, masyarakat mengolah kayu yang selanjutnya dikeringkan. Setelah itu, kayu tersebut baru mereka pilah-pilah seratnya sebelum menjadi tali atau benang.
Jika sudah terbuat, Noken diberi pewarna alami. Biasanya proses pembuatannya memakan waktu satu sampai dua minggu tergantung ukuran.
Terkadang Noken baru selesai setelah tiga minggu bahkan bisa mencapai dua sampai tiga bulan, tergantung proses pembuatannya.
Menjadi Warisan Budaya Dunia
Karena Noken papua memiliki berbagai nilai dan sejarah yang panjang. Pemerintah Indonesia mengajukan kerajinan tangan tersebut untuk menjadi warisan budaya dunia.
Pengajuan ini dalam maksud agar dunia dapat mengenal bahwa kerajinan dari bumi papua merupakan sebuah sejarah yang tidak boleh hilang begitu saja
Akhirnya, pengajuan tersebut PBB setujui pada 4 Desember 2012. Noken menjadi warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO.
Selain Noken Papua, pada pengesahan yang terlaksana di Paris, Prancis tersebut. UNESCO juga mengesahkan sejumlah warisan budaya lain dari Botswana, Uganda, dan Kyrgyzstan.
UNESCO menggolongkan Noken dalam kategori ‘In Need of Urgent Safeguarding’ atau sebuah warisan budaya yang membutuhkan perlindungan mendesak.
Hal ini karena fungsinya yang beragam, mulai dari membawa kebutuhan pokok seperti kayu bakar, binatang kecil, dan hasil pertanian. Lalu Noken juga bisa berguna untuk menyimpan barang-barang pribadi.
Dalam upacara pengesahan tersebut, UNESCO juga menjelaskan bahwa jumlah orang yang membuat dan menggunakan Noken semakin berkurang.
Hal ini akibat kalah bersaing dari tas buatan pabrik dan masalah dalam memperoleh bahan baku untuk membuat tas kerajinan tersebut.
Noken Papua yang menjadi sebuah warisan dunia tentu menjadi hal patut masyarakat lestarikan, sehingga tas ini tetap ada hingga generasi selanjutnya. (GaluhID/Hega)
