Oleh: Diantika Irma Ekawati
Ndu Corner, galuh.id – Penulis kelahiran Panawangan, Kabupaten Ciamis mengenang masa kecilnya lewat buah yang rasanya asam, tapi kaya manfaat: buah huni.
Pulang kampung ke Panawangan adalah saat-saat yang paling menyenangkan bagi saya. Meninggalkan desa tercinta begitu lama, membuat saya selalu merasa rindu yang teramat sangat. Rindu yang meradang sudah tidak bisa tertahankan, ketika hanya bisa mengunjungi kampung halaman hanya dua bulan sekali. Itu pun harus pandai-pandai menjadwalkan kepulangan karena alasan berbagai kesibukkan.
Beruntung, perjalanan dari Bandung tidak terlalu lama. Hanya menempuh waktu sekitar 3,5 jam saja. Perjalanan bisa dibilang cukup santai, belum lagi keinginan untuk berhenti membeli Jeruk Bali dari penjual yang menggelar dagangannya di pinggir jalan di daerah Winduraja..
Sampai di Panawangan disambut hangat oleh sanak saudara. Udara sejuk menyeruak menyentuh permukaan kulit. Wangi tanah basah begitu khas seusai gerimis membasuh bumi. Hidangan buatan Ibu menyambut di meja tamu, membuat program diet gagal untuk kesekian kali. Langsuung saja kulahap dengan penuh selera.
Menjelang siang, adikku mengajak pergi menjenguk saudara yang sakit. Rumahnya hanya terhalang dua rumah saja dari kediamanku. Katanya, sudah hampir sebulan terbaring di tempat tidur akibat keracunan obat. Ngeri rasanya.
Sampai di teras rumah saudara yang sakit, beberapa muda-mudi yang masih tergolong saudara sedang asik memperbincangkan sesuatu. Di tengah-tengah kerumunan mereka terdapat nampan merah terisi penuh oleh buah huni. Terbelalak mataku melihatnya, seraya menahan mulut supaya tidak berteriak terlalu keras karena kegirangan. Sudah terlalu lama tidak mencicipi buah itu. Tanpa malu-malu saya langsung saja menggabungkan diri ke tengah-tengah mereka. Mereka pun kaget bercampur senang, satu per satu menyalami saya bertanya kabar.
Percakapan beralih ke pembahasan buah Huni. Bertukar cerita tentang buah yang satu ini memang tidak pernah membosankan. Buah masam yang sudah tergolong langka ini ternyata masih digandrungi oleh muda-mudi di Panawangan. Satu per satu bercerita tentang pengalamanyya mengenai buah Huni. Salah satu dari mereka menceritakan bagaimana caranya buah Huni itu bisa sampai di nampan yang kini ada di tengah-tengah kami. Lucu memang, dia mendapatkannya dari depan rumah saudaranya, dimana pemiliknya sendiri tidak tahu bahwa buah itu bisa dimakan. Malah merasa takut keracunan karena tidak mengetahui bahwa buah tersebut rasanya lezat.
Saya sendiri memiliki cerita tersendiri mengenai buah kecil yang memiliki rasa asam manis ini. Ketika kecil, saya sering mengambilnya di belakang gedung Sekolah Dasar Indragiri I, bersama teman-teman secara sembunyi-sembunyi karena takut diketahui oleh teman yang lain. Bersama dua orang teman, kami menjadikan pohon tersebut sebagai pohon rahasia.
Kegiatan kami di teras rumah saudara dillanjutkan dengan pembuatan rujak huni. Sayang sekali, kami tidak sempat membuat dokumentasi untuk dipamerkan di Instagram. Saya terlebih dahulu menjenguk saudara yang sakit sebagai tujuan awal. Beruntung, sebelum menjenguk, sempat mencicipi satu dua suap rujak Huni yang seketika bisa membuat segar dan cenghar.
Oh iya, selain membuat cenghar dengan rasa asamnya, ada beberapa khasiat buah Huni yang mungkin masih jarang diketahui. Pertama buah huni berkhaasiat untuk menjaga daya tahan tubuh. Kandungan Vitamin C dan serat dalam buah huni membuatnya bermanfaat untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan serta mencegah terjadinya kangker usus.
Kedua, buah ini baik untuk menjaga kekebalan tubuh dan sebagai antioksidan. Konon mengonsumsi buah ini setelah lelah bekerja keras, bisa mengembalikan kesegaran tubuh. Pantas saja segar kembali jika lidah kita mengecap rasa masam buah yang satu ini.
Ketiga, kandungan Vitamin A dalam buah huni baik untuk kesehatan mata. Jadi buat yang matanya minus atau memiliki keluhan kesehatan mata lainnya, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi buah Huni. Karena buah ini buah langka, namun sangat kaya akan manfaat untuk kesehatan mata karena kaya akan Vitamin A.
Keempat, buah huni berguna untuk peremajaan kulit, kandungan akan Vitamin C dan E yang terdapat pada buah Huni sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan kulit. Sehingga bagi yang mau cantik kulitnya, bisa lho konsumsi buah ini!
Kelima, buah huni bisa mencegah hipertensi dan kolesterol. Pemakaian secara rutin daun dan buah Huni bisa menurunkan kadar kolesterol dan hipertensi, serta menurunkan berat badan. Cocok banget untuk mereka yang ingin diet.
Keenam, buah huni bisa mengobati alergi dan gatal pada kulit. Daun dan buah huni bisa dijadikan sebagai obat luar. Caranya, tumbuk pucuk daun atau buah Huni, lalu oleskan kepada kulit yang terasa gatal. Selain mengobati rasa gatal, tumbukkan buah atau daun huni yang diaplikasikan, menghadirkan sensasi dingin yang menyejukkan di kulit.
Hari sudah sore, waktunya pamit kepada pemilik rumah. Saudara yang sakit pun ternyata sudah mulai membaik. Saya pamit dan berharap rujak Huni masih tersisa. Namun naas, muda-mudi sudah beralih kepada rujak lain. Yaitu, rujak jeruk paseh. Sama asamnya. Hmm…***
Tentang Penulis:
Diantika Irma Ekawati dikenal dengan nama pena Diantika IE atau bisa ditemui juga dengan nama Rima Putika di beberapa karya. Saat ini menjabat sebagai Ketua Komunitas Penulis Kreatif Indonesia. Diantika sudah memiliki hobi menulis sejak duduk di bangku SMP N I Panawangan.
Perempuan kelahiran Panawangan ini, kini menetap di Bandung dan menekuni hobinya sebagai penulis. Bisa ditemui di akun Facebooknya dengan nama Diantika IE, akun kompasiana dengan nama yang sama. Atau di Instagram @diantika.i.e, bisa juga diintip blognya di website Ruang Pena.